Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
Mengenai investasi ESS, Fabby memperkirakan, masih tergolong mahal untuk pasar Indonesia. Harga listrik rata-rata Indonesia pun masih berada di kisaran US$ 0,09 - US$ 0,1 per kWh. "Kalau mengacu pada harga Powerwall di pasar AS dan Australia, investasi ESS saat ini tampaknya masih mahal," ujar Fabby.
Meski begitu, di beberapa negara dengan struktur tarif disubsidi, PLTS Atap ditambah ESS akan kompetitif. Sehingga untuk off grid application, kombinasi PLTS atau PLTB dengan ESS bakal lebih murah dibandingkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
ESS pun bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi masalah intermittensi, selain dengan metode Pumped Hydro Energy Storage (PHES) yang lebih murah. "Tapi baterai lebih fleksibel karena bisa dipasang dimana saja ketika diperlukan," sebut Fabby.
Harga listrik dari PLTS atau PLTB yang dikombinasikan dengan ESS pun bisa kompetitif terhadap pembangkit listrik peaker seperti pembangkit berbasis gas (PLTG/PLTGU), yakni dengan harga listrik sekitar US$ 9 sen - US$ 14 sen per kWh. "Saat siang disimpan, lalu malam disalurtkan ke grid. Ini lazim dilakukan," imbuh Fabby.
Baca Juga: Analis Panin rekomendasikan beli saham ANTM dan INCO, setelah ada kabar dari Luhut
Kerjasama dengan IBH
Di sisi lain, Kementerian BUMN juga sedang membentuk Indonesia Battery Holding (IBH). Konsorsium yang dibentuk dari empat BUMN, yakni holding pertambangan MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).
Ketua Tim Percepatan Proyek EV Battery Nasional Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan bahwa jika Tesla jadi berinvestasi, kerjasama di bidang ESS bisa saja dilakukan dengan IBH melalui PLN. Namun, pihaknya masih mengkaji sejumlah opsi kerjasama tersebut. "Dengan PLN/IBH. Sedang dikaji yang terbaik yang mana," kata Agus saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (7/2).
Agus pun masih enggan membuka terkait skema kerjasama yang sedang dinegosiasikan oleh Tesla dan pemerintah. Termasuk mengenai besaran investasi yang ditawarkan oleh Tesla di Indonesia. "Saya kira demikian (akan dijelaskan setelah ada keputusan). Untuk itu bisa di cek ke Kemenko Marves saja (rencana investasi)," ungkap Agus yang juga menjabat sebagai Komisaris Utama MIND ID.
Sebelumnya, Agus membeberkan bahwa awalnya, tim yang dipimpinnya itu menjajaki kerjasama dengan 11 perusahaan baterai cell terkemuka. Berdasarkan seleksi yang dilakukan, tersaring tujuh calon mitra.
Komunikasi intensif dilakukan dengan sejumlah perusahaan. Termasuk dengan LG Chem dan Tesla. Untuk LG Chem, proses negosiasi masih berlangsung. Agus pun mengakui bahwa perusahaan dari Korea Selatan itu meminta jaminan pasokan bahan baku, khususnya berupa nikel.
Negosiasi juga masih berlangsung dengan pihak Tesla. Agus bilang, timnya masih mempelajari apa yang diinginkan oleh Tesla. Salah satu kerjasama yang diinginkan ialah terkait Energy Storage System (ESS).
"Kami sedang mencari dan mempelajari ketertarikan Tesla. Karena Tesla agak telat datang, kami sudah maju hampir lima bulan di depan (negosiasi kerjasama), Tesla baru masuk belakangan. Salah satu kami dapat kabar pembicaraan Tesla ingin masuk ke ESS," kata Agus.
Seto juga menyampaikan bahwa pihaknya belum bisa mengungkap rincian proposal investasi Tesla kepada publik. Pasalnya, Tesla merupakan perusahaan publik yang cukup ketat dalam menyampaikan rencana investasi seperti ini.
"Detail tidak bisa dibuka karena mereka juga sangat sensitif tidak mau dibuka ke publik karena (Tesla) perusahaan publik yang strict terkait hal seperti itu," ungkap Seto.
Yang pasti, proposal tersebut sedang dipelajari oleh pemerintah dan pekan depan akan dilakukan pertemuan secara virtual. "Minggu depan diskusi dengan mereka, melibat Antam dan Inalum (MIND ID)," imbuh Seto.
Selanjutnya: Sudah terima proposal investasi, pemerintah akan bertemu Tesla pekan depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News