Reporter: Mimi Silvia | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Beberapa perusahaan meminta kepastian renegosiasi harga listrik di Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi alias PLTP.
Saat ini harga listrik PLTP ini dianggap tidak ekonomis. Bahkan harga ini PLTP ini jauh lebih mahal dibandingkan harga batubara sebagai pemasok bahan bakar PLTU.
Menurut Presiden Diretur PT Star Energy Rudy Suparman saat ini harga listrik untuk panas bumi di PLTP Wayang Windu sekitar US$ 6,2 sen-US$ 6,3 sen per KWh.
"Hal ini membuat tingkat keekonomian kami tidak tercapai," kata Rudy kepada Kontan, Rabu (16/9).
Oleh karena itu Star Energy meminta renegosiasi harga.
Rudy juga menekankan karena harga yang tidak ekonomis ini membuat Star Energy sulit untuk membangun PLTP yang baru.
"Enam sen beroperasi tingkat pengembalian minus," katanya.
Star Energy pun berusaha untuk meminta renegosiasi kepada PLN sejak tahun 2012.
Ia mendesak agar hasil renegosiasi ini segera keluar tahun ini atau awal tahun depan. Ia berharap penerapannya sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2014.
"Sebetulnya pemerintah sudah membuat Permen tetapi sampai saat ini penerapannya belum," kata Rudy.
Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Tavif Dwi Koryanto mengaku sudah berusaha renegosiasi harga atas semua PLTP miliknya kepada PLN.
"Sampai saat ini sudah dalam proses BPKP," kata Tavif saat dihubungi Kontan, Kamis (16/9).
Namun, sampai saat ini PGE tetap aktif dalam membangun PLTP. "Kami kan sama-sama milik negara, jadi sebenarnya tidak masalah. Kalau tidak direnegosiasi maka Pertamina yang rugi dan PLN yang bakal untung. Tinggal pemerintah mau taruh dimana win win solution-nya" kata Tavif.
Asal tahu saja, saat ini Wilayah Kerja Panas Bumi PGE yang sudah berproduksi meliputi antara lain area Kamojang 235 Mega Watt (MW), Ulubelu 110 MW, Lahendong 80 MW, Sibayak 12 MW. Total semuanya berkapasitas 437 MW.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













