kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Respon Wilmar atas kesepakatan CECA Inda - Malaysia


Minggu, 16 Desember 2018 / 11:23 WIB
Respon Wilmar atas kesepakatan CECA Inda - Malaysia
ILUSTRASI. Perkebunan kelapa sawit


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal tahun 2019, India akan menurunkan bea masuk impor minyak sawit (CPO) dari Malaysia dari 44% ke 40%. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan Comprehensive Economic Cooperation Agreement (CECA) kedua negara tersebut.

Kondisi ini tentu bakal berimbas pada ekspor CPO Indonesia. Asal tahu, India tercatat merupakan negara pengimpor CPO terbesar dari Indonesia selain China.

"Beda 4%, soal harga kita mungkin bisa kasih lebih murah dengan mengimbangi bea masuknya 4% itu. Ya caranya itu kan business to business. Kalau misal Malaysia jual US$ 550 per ton, mungkin kita bisa jual US$ 540 per ton atau US$ 545 per ton, gitu saja," kata MP Tumanggor, Direktur PT Wilmar Nabati Indonesia kepada Kontan.co.id, Sabtu (15/12).

Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) mencatat bahwa pada Oktober 2018 ekspor CPO ke India turun 12% menjadi 698 ribu ton. Sedangkan negara China, naik signifikan hingga 63% mencapai 541,81 ribu ton dari bulan sebelumnya. Namun jumlah ini di luar ekspor biodiesel ke China yang sejak Mei hingga Oktober 2018 telah mencapai 637,34 ribu ton.

Dengan menurunkan harga ekspor CPO ke India, Tumanggor mengaku sistem business to business ini tidak perlu mematok harga yang sama, yang terpenting selama perusahaan tetap memiliki untung walau nilainya kecil.

"Biarinlah, kalau bisnis itu sepanjang saya jual masih untung kan enggak apa-apa. Kan enggak sama harganya," jelasnya

Lebih lanjut, Tumanggor menyebut dengan skema tersebut harga Indonesia dan Malaysia akan bersaing. Namun penurunan harga yang diberikan juga tak banyak berkisar US$ 1 hingga US$ 2 per ton nya

"Ya harga bersaing. Berkurangnya harga bisa sekitar US$ 1 sampai US$ 2 per ton. Tetap harga ini akan berpengaruh, tapi kan mereka turunkan (bea impor CPO Malaysia) begitu karena kita hapuskan dana pungutan ekspor dijadikan nol kan. Itu aja," ungkapnya.

Namun sayangnya Tumanggor mengaku dirinya belum dapat melihat apakah dampak pungutan ekspor yang dihapus saat ini mampu menaikkan harga CPO Indonesia.

Namun ke depannya ia yakin Menteri Perdagangan akan menindaklanjuti perihal kerja sama ekspor CPO dengan India agar ekspor CPO Indonesia mampu bertahan.

"Kalau harga enggak tau saya, saya masih di Polandia saya enggak ngikutin. Kalau untuk kesepakatan kerja sama, iya itu nanti menteri perdagangan ke sana, itu pasti," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×