kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,85   2,25   0.25%
  • EMAS1.378.000 0,95%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Respons Bos Smart Aviation Soal Kecelakaan Pesawat di Kalimantan Utara


Sabtu, 23 Maret 2024 / 12:11 WIB
Respons Bos Smart Aviation Soal Kecelakaan Pesawat di Kalimantan Utara
ILUSTRASI. Respons Bos Smart Aviation Soal Kecelakaan Pesawat di Kalimantan Utara


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama sekaligus pemilik Smart Aviation, Pongky Majaya akhirnya buka suara terkait jatuhnya pesawat Smart Aviation (Smart Air) di Kalimantan Utara (Kaltara) pada Jumat, 8 Maret 2024 lalu. 

Pongky mengatakan saat ini pihaknya masih dalam tahap penyelidikan untuk mengetahui penyebab pesawat Pilatus PC-6 Porter PK-SNE tersebut jatuh.

“Terkait dengan kejadian PK SNE, saat ini kami sedang secara internal, sedang menganalisa dan mencari tahu penyebabnya. Tapi tanpa bermaksud kita mendahului penyelidikan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), secara operasional kami tidak terlalu terganggu,” ungkap Pongky saat ditemui Kontan di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (23/03).

Baca Juga: Kru Pesawat Pilatus Smart Air Dievakuasi, Pilot Selamat dan Teknisi Meninggal

Untuk diketahui pesawat Pilatus PC-6 Porter PK-SNE ini dilaporkan hilang kontak setelah lepas landas dari bandara Internasional Juwata Tarakan, Jumat (8/3) pada pukul 08.25 Wita tujuan Binuang, Krayan, Nunukan pada pukul 09.25 Wita. 

Pesawat perintis itu membawa sembako sebanyak 21 item dengan berat 583 kilogram. Item tersebut di antaranya gula sebanyak 25 kilogram, pasta gigi, kopi dan permen.

“Karena segera pesawat pengganti sudah kita kirimkan ke sana dan sampai saat ini operasional pengiriman sembako ke wilayah perbatasan di Kalimantan Utara tetap berjalan baik dan lancar,” tambahnya.

Baca Juga: Ekspansi, Smart Aviation Gelontorkan Dana Rp 400 Miliar untuk Beli 4 Pesawat Baru

Terkait dengan kejadian ini, Pongky menambahkan pihaknya sampai saat ini masih tetap berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), terutama dalam hal ini Direktorat Pelayanan Udara.

“Baik dari sisi teknis operasional maupun safety. Kami sedang menganalisa di internal kami agar menjadi perbaikan ke depannya,” tutupnya. 

Dari kejadian ini, tim pencari akhirnya menemukan dua korban pesawat Smart Air pada Minggu (10/3) sang pilot, Muhammad Yusuf Yusandika Kantohe (29) ditemukan selamat, sedangkan teknisi pesawat Deni Sobali (35) dinyatakan meninggal dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×