kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rhenald Kasali: Pandemi melahirkan voluntary shifting pada 10 bidang usaha bergerak


Rabu, 15 September 2021 / 14:50 WIB
Rhenald Kasali: Pandemi melahirkan voluntary shifting pada 10 bidang usaha bergerak
ILUSTRASI. ANALISIS - Rhenald Kasali, pengamat ekonomi


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pandemi Covid-19 membuat 10 bidang usaha bergerak harus melakukan adaptasi jika tak ingin mati. Dalam pengamatan Rhenald Kasali, Pengamat sekaligus Guru Besar FEB Univeristas Indonesia pandemi covid-19 juga telah meluluhkan para penyangkal disrupsi digital. 

Menurut Rhenald, regulator dan pemangku-pemangku kepentingan yang sebelumnya tidak melihat bahkan menyangkal dan sering mempersulit kedatangan inovasi-inovasi yang disruptif, kini lebih terbuka matanya.

Demikian pula profesi-profesi seperti dokter, ahli farmasi, perbankan, dosen, ahli statistik yang semula sulit sekali beradaptasi dan berubah haluan kini langsung menemukan dan langsung menyesuaikan diri selama pandemi.

Perkembangan digital terjadi secara cepat dan signifikan. Setidaknya ada 10 bidang usaha yang telah berubah secara permanen. Ke 10 bidang tersebut adalah kuliner, pendidikan, hiburan, donasi sosial, alat pembayaran, logistik, fashion, periklanan, media, dan sektor perumahan.

"Kini semua pengusaha secara voluntary melakukan shifting ke layanan digital," kata dia dalam press release dalam acara Wealth Wisdom 2021 Bank Permata Selasa (15/9). 

Ia memberi contoh, kehadiran Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial memberikan angin segar dengan mengampu lembaga sosial 4.0 Crowd Funding Kitabisa.com untuk memobilisasi donasi publik pada korban-korban bencana.

Penggunaan metode baru dalam memobilisasi bantuan mampu memberi bantuan “on the spot” yang menembus batas-batas birokrasi yang dapat membuat masyarakat khususnya netizen muda, frustasi. Namun di lain sisi, OJK terkesan masih sangat “denial” terhadap inovasi-inovasi karitatif ini dengan membatalkan inovatif-inovatif kreatif disruptif. 

Social crowd funding yang dilakukan Kitabisa.com menghilangkan persoalan-persoalan sosial. 

Selain social crowd funding, dokter kini lebih terbiasa melayani konsultasi Telehealth. Diketahui sebelum pandemi para ahli farmasi dan regulator kesehatan terkesan menolak pemeriksaan kesehatan jarak jauh dan pemberian resep obat tanpa kehadiran fisik pasien. 

Rhenald melihat proses perubahan kedepan mulai terlihat wujudnya, kendati masih dinamis. Sebagian mulai dipermanenkan pengusaha (normal is gone). Tentunya dengan keberhasilan Indonesia menjalankan vaksinasi masal sebanyak 73,8 Juta orang (vaksin.kemenkes.go.id, 14 September 2021).

Shifting secara masif dan kreatif dipelopori kaum muda Indonesia terjadi dalam bidang kuliner, pekerjaan, pendidikan, hiburan, donasi sosial, alat pembayaran, logistik, fashion (khususnya untuk keperluan sosial media), periklanan, media, dan sektor perumahan. 

Semua dipicu pandemi dengan terbentuknya “Donut Economy” yang membuat pusat-pusat ekonomi lama menjadi kosong seperti lingkaran dalam “kue” donat, namun padat di sekitarnya.

Namun demikian ia juga mengatakan pentingnya transformasi pendidikan, mewaspadai datangnya gelombang-gelombang pandemic berikutnya yang tidak hanya menyerang manusia (melainkan juga tanaman pangan, hewan peliharaan dan ternak), krisis hutang dan kredit perbankan, pemberantasan korupsi, dan meningkatnya ketimpangan ekonomi.

Rhenald melihat, Indonesia akan semakin menyatu dengan dunia global, memasuki era World 4.0 yang akan berlangsung 10-14 tahun ke depan. 

Era transisi ini disebut sebagai a massive artificial living. Dipicu kecerdasan buatan, Indonesia akan memasuki era ledakan kecerdasan yang kalau tidak ditindaklanjuti 10 tahun kedepan akan banyak generasi muda yang terdampak sindrom useless generation, sulit bekerja dan berkali-kali menganggur. 

Selain itu, produk-produk sintetis dan artificial akan semakin banyak beredar.

Guru Besar FEB UI Rhenald Kasali mengatakan akan membahas lebih detail terkait visi ekonomi digital Indonesia kedepan dalam kelas How Technology Will Shape Financial Industry pada hari Kamis, 17 September 2021 pukul 11.00 – selesai di acara Wealth Wisdom 2021 “Wellness to Wealth” Bank Permata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×