kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.792.000   16.000   0,90%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

RI Bebas Tuduhan BMAD dan CBD, Inalum Siap Geber Ekspor Aluminium ke AS


Jumat, 22 November 2024 / 19:40 WIB
 RI Bebas Tuduhan BMAD dan CBD, Inalum Siap Geber Ekspor Aluminium ke AS
ILUSTRASI. Pekerja menggoperasikan forklift untuk menyusun letak aluminium ingot di Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Kamis (17/10/2024). Inalum, anggota Grup Mining Industry Indonesia (MIND ID), siap meningkatkan volume ekspor aluminium ke Amerika Serikat (AS). ?


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, anggota Grup Mining Industry Indonesia (MIND ID), siap meningkatkan volume ekspor aluminium ke Amerika Serikat (AS). 

Langkah ini dilakukan setelah US Department of Commerce (US DoC) memutuskan untuk meniadakan bea masuk antidumping (BMAD) dan antisubsidi (countervailing duty/CVD).  

Keputusan ini menjadi angin segar bagi produk aluminium Indonesia. Otoritas penyelidik AS menyimpulkan bahwa tidak ada pengenaan BMAD dan CVD untuk aluminium ekstrusi Indonesia, sehingga keran ekspor ke AS kembali terbuka.  

Baca Juga: RI Bebas Tuduhan BMAD dan CBD, Keran Ekspor Aluminium ke AS Bakal Meningkat

Corporate Secretary Inalum, Mahyaruddin Ende, menyambut baik keputusan tersebut. "Kami yakin volume ekspor akan terus bertambah, hal ini juga seiring dengan rencana ekspansi Inalum ke depannya," ujarnya kepada Kontan, Jumat (22/11).  

Ia mengungkapkan bahwa sejak pengenaan BMAD dan CVD, penjualan billet aluminium Inalum ke pelanggan ekstrusi berorientasi ekspor mengalami penurunan hingga 50%. Dengan pembebasan bea ini, Inalum berharap para pelanggan tersebut dapat meningkatkan pembelian seperti sebelumnya.  

Ende juga menambahkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 yang diperkirakan positif di angka 2,8% menjadi peluang untuk mendongkrak ekspor. "Dengan peniadaan aturan baru tersebut, serta upaya pengembangan produk dan peningkatan brand awareness secara global, kami optimis volume ekspor akan terus bertambah," jelasnya.  

Baca Juga: Kerek Nilai Tambah Bauksit, Inalum Siap Garap Smelter Aluminium

Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Isy Karim, menyebut AS sebagai pasar utama bagi produk aluminium Indonesia. Ia mengapresiasi upaya produsen dalam menghadapi penyelidikan dumping dan subsidi dari AS.  

"Kami, selaku pemerintah, menjalankan tugas membantu produsen eksportir agar akses pasar ekspor tetap terbuka," kata Isy kepada *Kontan*, Kamis (21/11).  

Menurut Isy, nilai ekspor aluminium ekstrusi Indonesia ke AS mencapai USD 130 juta pada 2021 dan 2022. Namun, angka tersebut sempat turun menjadi USD 100 juta pada 2023 akibat penyelidikan. Dengan berakhirnya penyelidikan tanpa pengenaan bea antidumping maupun antisubsidi, ia optimis kinerja ekspor akan kembali meningkat.  

Baca Juga: Inalum Catat Volume Produksi Aluminium Meningkat 53,7% di Semester I-2024

Hasil penyelidikan BMAD dan CVD diumumkan oleh United States International Trade Commission (USITC). Dalam rilisnya, USITC menyatakan bahwa impor aluminium ekstrusi dari Indonesia tidak menyebabkan kerugian material bagi industri dalam negeri AS. Keputusan ini diambil melalui mekanisme voting oleh para komisioner USITC.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×