Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Produksi gula pada tahun ini diprediksi meleset dari target sebesar 2,5 juta ton. Ini sebagai dampak perubahan iklim global yang belakangan ini tidak menentu. Secara khusus terjadi La Nina di sejumlah wilayah Indonesia yang menyebabkan musim hujan berkepanjangan. La Nina membuat tanaman tebu tidak mendapatkan matahari yang cukup agar bisa menghasilkan gula maksimal. Selain itu, banyaknya Pabrik Gula (PG) yang sudah uzur juga turut membuat rendemen menurun.
Direktur utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) B. Didik Prasetyo mengatakan target produksi gula tahun ini sebesar 358.000 ton. Namun RNI memprediksi realisasi produksi gula BUMN tersebut sampai akhir tahun sekitar 318.000 ton lebih. Perkiraan realisasi ini selain lebih rendah dari target, juga turun tipis dibandingkan realisasi produksi tahun lalu yang sebesar 321.000 ton.
Penurunan produksi itu terjadi sebagai dampak dari penurunan rendemen dan luas areal panen. Karena itu, RNI berupaya untuk meningkatkan luas lahan pada tahun ini. "Untuk tahun 2016/2017, bekerjasama dengan PTPN VIII kalau tidak salah penambahan luasnya 2.000 ha," ujar Didik kepada KONTAN, Kamis (15/9).
Menurut Didik, penurunan rendemen dan banyaknya PG yang sudah uzur bukan satu-satunya penyebab produksi Pabrik Gula (PG) menurun. "Sebab faktanya rendemen PG Krebet Baru II milik RNI tercapai 10,03% tertinggi dari seluruh PG di Indoensia," tambahnya. Namun rata-rata usia PG milik sejumlah BUMN rata-rata memang peninggalan zaman Belanda. Tapi meskipun sudah lama, PG tersebut masih bisa bertahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News