kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

RSPO: Jalan sawit berkelanjutan masih panjang


Rabu, 09 November 2016 / 13:36 WIB
RSPO: Jalan sawit berkelanjutan masih panjang


Reporter: Rizki Caturini | Editor: Sanny Cicilia

BANGKOK. Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO) meluncurkan Trademark Mobile Apps secara resmi dalam perhelatan tahunan RSPO yang ke-14 hari ini, (9/11) di Bangkok, Thailand. Aplikasi Trademark Mobile ini menjadi salah satu upaya RSPO untuk meningkatkan kesadaran konsumen tentang Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan yang Bersertifikat atau Certified Sustainable Palm Oil (CSPO).

Aplikasi ini memudahkan konsumen CPO untuk menemukan dan mengidentifikasi lokasi geografis produk yang menggunakan Trademark RSPO. "Ini dibuat untuk membantu pembeli membeli produk dengan menghilangkan batas jarak dan lainnya," ujar Datuk Darrel Weber, CEO RSPO, Rabu (9/11).

Perjalanan RSPO untuk mendorong industri kelapa sawit yang berkelanjutan di negara-negara produsen seperti Indonesia, menurut Weber, masih panjang. Lebih dari 50% petani sawit di Indonesia adalah petani swadaya.

Meyakinkan para petani untuk menjalankan proses tanam yang sesuai dengan prinsip berkelanjutan butuh usaha terus menerus. Berbagai masalah kompleks lainnya yang terjadi di lapangan mengharuskan semua pihak bekerja sama mulai dari pemerintah setempat hingga NGO untuk mencari solusi bersama.

Masalah di Indonesia seperti di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan misalnya. Praktik pembukaan kebun sawit di lahan gambut telah menjadikan wilayah ini sebagai penghasil asap terbesar kedua di Sumatra Selatan pada tahun 2015.

Plt Bupati Musi Banyuasin, Beni Hernedi mengatakan, salah satu langkah yang dilakukan pemerintah daerah untuk mengatasi kondisi itu antara lain dengan melarang lahan gambut ditanami sawit. Dari 2 juta hektare (ha) lahan gambut di Musi Banyuasin, sekitar 280 ha akan direstorasi.

Selain itu, menggenjot proses pendaftaran Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) para petani swadaya. Salah satu lokasi yang menjadi pilot project adalah kecamatan Lalan dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin.

"Langkah lainnya, kami juga targetkan sembilan desa di Kecamatan Lalan untuk sudah bersertifikasi yuridiksi dengan menjalankan konsep kebun berkelanjutan di tahun 2018," ujar Beni. Sekadar informasi, Saat ini dari 100.000 ha lahan sawit di Musi Banyuasin, baru sekitar 35 ha lahan yang tertanam.

Lewat tema Belajar untuk Hidup Bersama: dari Visi menuju Transformasi dalam RT-14 ini, Weber mengajak seluruh rantai pasokan serta para pemangku kepentingan yang terlibat dalam industri ini untuk memberi kontribusi dalam mewujufkan industri sawit yang berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×