Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pemerintah Rusia dan asosiasi petani gandum Rusia berniat menghentikan sementara ekspor gandum. Upaya ini bertujuan menjaga stok bahan pangan di Negara Beruang Merah.
Maklum, rubel, mata uang Rusia, tengah terpuruk, sehingga turut menaikkan harga pangan di negara tersebut. Nah, penghentian ekspor tersebut bertujuan untuk menekan sementara laju kenaikan harga pangan.
Belum jelas sampai kapan Rusia menghentikan ekspor gandumnya. Yang terang, selama ini Rusia merupakan produsen gandum nomor empat terbesar di dunia.
Kendati begitu, Indonesia sebagai importir gandum, menyatakan keputusan Rusia tak berdampak terhadap harga tepung terigu dalam negeri. Alasannya, "Selama ini impor gandum dari Rusia tergolong kecil sekitar 5%," tandas Ratna Sari Lopis, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Minggu (21/12).
Selama ini industri tepung terigu dalam negeri membutuhkan sekitar 7 juta ton gandum. Sekitar 3,5 juta ton gandum berasal dari Australia, Sisanya diimpor dari Kanada, Amerika Serikat, India dan beberapa negara produsen gandum yang lain seperti Ukraina dan Pakistan.
Walaupun harga gandum di Rusia tengah melonjak, harga gandum dunia cenderung stabil. Menurut Ratna, produsen gandum dunia cenderung merata dan tidak didominasi oleh produksi satu negara.
Tapi memang, harga gandum akan melejit bila produksi di negara sentra gandum terganggu, seperti akibat kekeringan dan gagal panen. Sejauh ini, produksi gandum dunia tidak terganggu dan stabil saja.
Toh, Indonesia tetap harus waspada. Maklum, negara ini berpeluang menjadi salah satu importir terbesar gandum dunia. Dalam lima tahun mendatang impor gandum Indonesia akan mencapai 10 juta ton. Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS) menyebutkan, saat ini Indonesia merupakan importir terbesar keempat, dan tahun ini naik 0,8% menjadi 7,2 juta ton.
Saat ini, Mesir masih menjadi importir terbesar gandum yakni dengan volume mencapai 10,5 juta ton, disusul China sebanyak 8,5 juta ton, dan Brasil sebesar 7,4 juta ton.
Meningkatnya permintaan impor gandum tentu saja akan menguntungkan negara eksportir gandum seperti Australia, AS dan Kanada. Sekadar catatan, bagi Australia, ekspor gandum ke Indonesia menyumbang 71% dari total ekspor produk gandum pada tahun 2012.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News