Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mencatatkan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 1,7 juta ton di tahun 2024. Angka itu turun 9% secara tahunan alias year on year (YoY) dari produksi TBS di tahun sebelumnya.
Sementara, produksi minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) sebanyak 341 juta ton pada tahun lalu, turun 14% YoY.
Head of Investor Relation Sampoerna Agro Stefanus Darmagiri mengatakan, dampak El-Nino yang terjadi pada semester II 2023 menyebabkan produksi TBS perseroan mengalami penurunan. Selain itu, perseroan juga menjalankan penanaman kembali alias replanting.
“Khususnya, pada kebun di daerah Sumatra, di mana kondisi El-Nino yang lebih parah jika dibandingkan dengan daerah Kalimantan,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (27/3).
Melansir laporan keuangan, penjualan SGRO tercatat Rp 5,69 triliun di tahun 2024. Raihan itu naik tipis 1,31% secara tahunan alias YoY dari Rp 5,62 triliun di tahun 2023.
Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) Incar Pertumbuhan Produksi TBS 5% pada 2025
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih tercatat Rp 748,56 miliar tahun lalu, naik 54,75% yoy dari Rp 483,71 miliar di tahun sebelumnya.
Menurut Stefanus, kinerja SGRO pada tahun 2024 mengalami kenaikan disebabkan oleh kenaikan harga rata-rata CPO sebesar 16% yoy menjadi Rp 13.283 per kilogram (kg) dan harga jual rata-rata Palm Kernel (PK) naik 59% yoy. Hal ini sejalan dengan kenaikan harga CPO (Free on Board/FOB Malaysia) sebesar 10% yoy pada 2024.
“Dengan harga CPOK yang mengalami kenaikan, profitabilitas SGRO meningkat dengan marjin laba kotor menjadi 28.1% pada 2024 dari 23.6% pada 2023,” ungkapnya.
Pada tahun 2025, SGRO menargetkan adanya perbaikan produksi TBS dari kebun inti SGRO sebesar 5% yoy.
Perseroan pun menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 400 miliar – Rp 600 miliar di tahun ini. Rinciannya, sebesar 44% untuk kegiatan perkebunan dan sisanya 56% untuk kegiatan non-perkebunan.
Stefanus menuturkan, fluktuasi harga jual CPO juga sangat bergantung kepada mekanisme pasar. Oleh sebab itu, SGRO tetap fokus program meningkatkan produktivitas kelapa sawit melalui program-program intensifikasi serta melakukan efisiensi kerja untuk dapat meningkatkan kinerja operasional dan keuangan perseroan.
“Harga CPO diperkirakan akan tetap solid pada kuartal pertama 2025, ditopang oleh kenaikan permintaan terhadap minyak kelapa sawit pada bulan Ramadan serta adanya kenaikan mandat biodiesel menjadi B40,” katanya.
Selanjutnya: Pemerintah Perlu Menjaga Kelas Menengah
Menarik Dibaca: Promo Bakmi GM P3K Khusus Delivery Online, Tersedia 6 Paket Hemat Plus Gratis Ongkir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News