Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015-2019 untuk mewujudkan produk pertanian yang berkelanjutan serta menitikberatkan pada kesejahteraan petani, PT HM Sampoerna Tbk menyatakan komitmennya terhadap Sistem Produksi Terpadu (Integrated Production System).
Sistem produksi pertanian yang berkesinambungan, termasuk di sektor tembakau dan cengkih, merupakan kunci pembangunan sektor pertanian berdaya saing tinggi yang mampu mensejahterakan para petani Indonesia.
Melalui Sistem Produksi Terpadu, Sampoerna melalui para pemasoknya memperkenalkan dan menerapkan sistem produksi tembakau yang produktif, berdaya saing, efisien, sekaligus menjaga dan meningkatkan kondisi lingkungan.
Salah satu contohnya melalui program efisiensi pengeringan, penggunaan biomassa alternatif, program reforestasi serta penanaman bambu yang berkesinambungan, serta program daur ulang CPA.
Melalui Sistem ini, para petani juga mendapatkan pendampingan pertanian, akses permodalan, sarana dan prasarana pertanian, serta jaminan akses pasar yang sangat diperlukan oleh petani.
Sampai saat ini, melalui para pemasoknya, sistem ini telah diperkenalkan Sampoerna kepada 27.000 petani yang memiliki total lahan 22.700 hektare (ha) yang tersebar di beberapa daerah penghasil tembakau di Indonesia, termasuk Rembang, Lombok, Wonogiri, Malang, Jember, Blitar, dan Lumajang.
Presiden Direktur Sampoerna Paul Janelle menjelaskan, program kemitraan ini didasari oleh prinsip saling menguntungkan. Melalui program ini, Sampoerna bisa mendapatkan jaminan pasokan tembakau yang sesuai kuantitas dan kualitas yang diinginkan.
Sementara itu, lanjut Paul, para petani juga memperoleh jaminan bahwa tembakau yang mereka tanam akan diserap seluruhnya dan dibayarkan dengan harga yang disepakati.
"Kami berharap program ini dapat didukung oleh kementerian terkait agar kesejahteraan petani tembakau terus meningkat dan pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan pasokan tembakau dalam negeri untuk keperluan industri,” jelas Paul dalam keterangannya, Rabu (12/10).
Meningkatkan produksi tembakau
Paul menambahkan, sistem produksi terpadu dapat menjadi salah satu solusi nyata bagi peningkatan produksi tembakau di Indonesia, negara penghasil tembakau terbesar kelima di dunia.
Data Kementerian Pertanian selama lima tahun terakhir menunjukkan, rata-rata produksi tembakau selalu di bawah 200.000 ton per tahun, sementara permintaan tembakau berkisar 320.000 ton per tahun.
“Program sistem produksi terpadu mencerminkan komitmen perusahaan melakukan pemberdayaan petani tembakau, mulai dari peningkatan produktivitas hingga kesejahteraan petani. Program ini sekaligus mendorong integrasi petani mitra program ke dalam rantai pasar regional dan global untuk meningkatkan daya saing,” imbuh Paul.
Paul juga mengatakan, Sampoerna berinvestasi jangka panjang di sektor agro-industri dalam mendukung pertumbuhan ekspor dan peningkatan ekonomi Indonesia. Sampoerna, misalnya, telah mampu mengekspor produk hasil tembakau ke 43 tujuan ekspor, termasuk ke negara-negara di Asia Pasifik dan Eropa. Menurut data Badan Pusat Statistik, Indonesia merupakan negara produsen eksportir terbesar kedua di dunia untuk produk tembakau pabrikan.
“Kami bangga bisa memainkan peran penting dan strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara melalui peningkatan daya saing industri dan kontribusi sektor agro-industri. Kami berkomitmen untuk menjalankan kondisi usaha yang efisien dan ramah lingkungan demi menjaga lingkungan masyarakat terutama di wilayah yang menjadi pusat bisnis kami,” tutup Paul.
IS Purwoto, petani tembakau asal Rembang, Jawa Tengah, mengaku merasakan langsung manfaat program Sistem Produksi Terpadu. “Saya bersyukur dapat berpartisipasi dalam program ini. Program ini meningkatkan kualitas tanaman tembakau, karena ada pendampingan dan edukasi saat bercocok tanam. Tidak hanya itu, hal ini terasa pada saat waktu panen, dimana ada jaminan dari sisi pembelian, karena ketika kualitas tembakau baik maka tembakau saya terbeli semua,” ujar Purwoto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News