kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Santori Group tertarik impor sapi indukan


Senin, 17 Februari 2014 / 21:45 WIB
Santori Group tertarik impor sapi indukan
ILUSTRASI. Gejala penyakit ginjal


Reporter: Handoyo | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Sebagai sebuah perusahaan yang juga fokus pada pembibitan, Santori Group tertarik untuk melakukan impor sapi indukan atau betina produktif. Langkah untuk dapat melakukan importasi sapi indukan tersebut direncanakan dapat terlaksana pada kuartal II tahun ini.

Sebagai tahap awal, jumlah impor sapi indukan yang akan diajukan adalah sekitar 1.000 ekor. "Kuartal II kita akan coba mengajukan (impor) untuk sapi indukan, paling tidak kita coba dulu," ujar Ignatius Adiwira, Head of Government Relation and Business Development PT Santosa Agrindo (Santori), beberapa waktu lalu.

Sekedar informasi saja, sejak tahun 2007 Santori Group telah mengawali usaha pembibitan atau pembiakan hewan melalui Austasia Breeding Centre yang berlokaso di Lampung dan memiliki kapasitas tampung sebanyak 20.000 ekor.

Dibandingkan sapi bakalan, bisnis pembibitan sapi menurut Ignatius untuk jangka pendek masih belum menguntungkan. Selain lebih rumit lantaran harus memenuhi sertifikasi kesehatan hewan yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan impor, belum adanya insentif yang diberikan kepada pengusaha menjadi faktor kendala untuk bisnis pembibitan tersebut.

Ignatius mengatakan, dibandingkan sapi bakalan harga sapi indukan lebih mahal sekitar 30 sen dollar. Dia mencontohkan, bila saat ini harga sapi bakalan di Australia sekitar US$ 2,9 per kg berat hidup, maka harga sapi indukan berada dikisaran US$ 3,2 per kg berat hidup.

Bea Masuk (BM) sapi indukan saat ini juga tidak ada perbedaan, yakni masih dikenakan sebesar 5%. Selain itu, untuk dapat lebih menekan biaya produksi, sapi indukan tersebut seharusnya dibudidayakan secara ekstensifikasi seperti di lahan sawit.

Bachrul Chairi Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag mengatakan, mengakui saat ini masih sedikit pengusaha yang mengajukan impor sapi indukan tersebut. "Manajemen berbeda, pembibitan keuntungannya lama dan panjang, sedangkan didalam pengemukan sapi lebih pendek dan perputaran lebih cepat," kata Bachrul.

Bachrul menambahkan, hingga saat ini impor sapi betina produktif tersebut masih belum diwajibkan. "Sedang dicari formula yang terbaik, ini perlu diangkat lagi, kami mencari formulamnya. sampai saat ini belum ada ketetapan, tapi kita akan tindak lanjuti SK (surat keputusan) belum keluar," ujar Bachrul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×