Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) membukukan laba bersih sekitar Rp 100 miliar hingga akhir tahun 2021. Ada dua alasan yang membuat penjualan BAJA moncer di tahun 2021.
“Penjualan positif pada tahun 2021 dipengaruhi oleh kenaikan penjualan dari segi volume, yang kedua adanya kenaikan dari segi harga. Dari awal tahun 2021, hingga akhir tahun 2021 harga baja naik signifikan,” ujar Direktur Utama BAJA Handaja Susanto kepada Kontan.co.id.
Pada tahun 2021, Saranacentral Bajatama mencatatkan volume produksi 80.000 ton dalam kurun waktu 10 bulan. Dua bulan sisanya pada November dan Desember BAJA melakukan maintenance untuk mengganti lapisan tungku.
Baca Juga: Ini strategi Saranacentral Bajatama (BAJA) pertahankan kinerja positif di 2021
Untuk saat ini, produk saranalum masih menjadi komoditas utama penjualan BAJA karena pasar yang terus berkembang. Hal tersebut diakui Handaja berkat kontrol pemerintah terhadap impor baja, sehingga pasar impor banyak beralih ke pasar lokal.
Kendati demikian, Handaja menjelaskan bahwa ekspektasi tahun 2022 tidak sebaik aktivitas positif di tahun 2021. Harga komoditas baja diperkirakan tidak akan naik signifikan seperti tahun lalu. Salah satu pengaruhnya adalah suku bunga rendah di Amerika yang berdampak pada pemanfaatan uang yang lari ke komoditas seperti Baja.
BAJA menargetkan pendapatan di tahun ini mencapai Rp 1,5 triliun. "Sedangkan untuk laba bersih yang ditargetkan BAJA adalah senilai Rp 60 miliar," tutur Handaja.
Baca Juga: Saranacentral Bajatama (BAJA) optimistis kinerja positif bertahan hingga akhir 2021
Handaja mengatakan bahwa capital expenditure (capex) yang terserap pada tahun 2021 lalu banyak digunakan untuk mengganti pot atau tungku sekitar Rp 5 miliar-Rp 6 miliar. Sedangkan di tahun ini, capex yang dianggarkan senilai Rp 45 miliar untuk mengganti lini produksi galvanis menjadi saranalum dan diproyeksikan dapat berjalan di tahun 2023.
Sebagai informasi, BAJA telah berhenti memproduksi galvanis sejak tahun 2019. Kini Baja mengandalkan saranalum dan saranacolor sebagai produk utamanya.
Selain itu, adanya pemindahan ibu kota negara (IKN) memberi peluang baik bagi emiten konstruksi seperti BAJA. “Pembangunan infrastruktur di ibu kota negara baru, pastinya akan digenjot dan membutuhkan pasokan bahan seperti seng baja lapis aluminium,” tutup Handaja.
Baca Juga: Saranacentral Bajatama (BAJA) raup laba bersih Rp 122,10 miliar di kuartal III 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News