Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Azis Husaini
Lukas menjelaskan tumbuhnya aset lancar disebabkan meningkatnya volume penjualan yang membutuhkan modal kerja. Adapun untuk aset tidak lancar juga tumbuh hingga 44,8% menjadi Rp 920,56 miliar karena adanya pembelian tanah dan bangunan, mesin, dan kendaraan untuk melakukan pengembangan usaha dan kapasitas pabrik.
Adapun untuk liabilitas yang naik hingga ratusan persen disebabkan adanya kenaikan utang usaha, pinjaman bank, dan pembiayaan lembaga keuangan untuk menunjang kegiatan investasi dan penambahan modal kerja.
Baca Juga: Harga Saham CLEO Naik Hampir Dua Kali Lipat. Ini Target Kinerja Sariguna Primatirta
Lukas menyatakan biaya usaha relatif masih bisa terjaga. CLEO masih bisa menjaga perolehan penjualan hinga akhir September tahun ini karena produktivitas pabrik utama di Pandanaan serta pabrik lainnya yang semakin membaik.
Asal tahu saja, saat ini CLEO memiliki 22 pabrik yang sudah beroperasi dan tersebar di Jawa dan luar Jawa. Tahun ini, CLEO juga berencana membangun lima pabrik baru untuk memperkuat pasar AMDK.
Selain itu, Lukas juga mengakui di sepanjang kuartal III tahun ini, terdapat penurunan biaya bunga pinjaman akibat pelunasan pinjaman bank pada akhir 2018 yang berdampak signifikan terhadap penurunan biaya lain-lain di tahun 2019.
Lukas optimistis CLEO mampu meraih pertumbuhan penjualan 35% sampai 40% hingga akhir tahun karena peluang pasar bisnis minuman masih besar. Adapun produk yang menjadi andalannya adalah kemasan galon dan kemasan baru Cleo Eco Smart 220 ml.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News