Reporter: Gloria Haraito |
JAKARTA. Industri teknologi informatika (TI) khusus layanan business analytics yang akan berkembang ke depan membuat PT SAS Indonesia optimis menggelindingkan bisnisnya. Business analytics dan business intelligence merupakan layanan pendukung berbagai sektor dalam mengelola resiko dan membantu pengambilan keputusan bisnis.
Lembaga riset International Data Corp (IDC) memperkirakan, sepanjang 2009 hingga 2014 mendatang, pendapatan TI khusus layanan business intelligence global akan mencapai US$ 24,1 miliar. Hal ini akan berdampak positif bagi business analytics dan business intelligence di Indonesia.
Manajer Negara SAS Indonesia, Erwin Sukiato mengklaim, di dalam negeri SAS menguasai lebih dari 50% pangsa pasar business analytics. Hingga kini, SAS memiliki 20 klien lokal. Sementara itu, SAS Institute Inc, induk SAS Indonesia memiliki 45.000 klien di seluruh dunia.
Dalam tiga tahun mendatang, SAS Indonesia menargetkan pertumbuhan pendapatan dua kali lipat. Untuk mencapai target tersebut, tahun ini SAS Indonesia telah membidik lima klien baru. Lalu, perusahaan juga akan agresif mengangkat merek SAS di pasar domestik.
"Klien kami di Indonesia banyak bergerak di sektor perbankan yang membutuhkan pengelolaan resiko kredit konsumer dan kredit pemilikan rumah," ujar Erwin di Jakarta, Selasa (13/7). Selain perbankan, layanan busines analytics SAS banyak dipakai oleh industri telekomunikasi.
SAS juga menyediakan solusi lewat 300 software. Contoh beberapa software yang digunakan oleh industri perbankan antara lain data mining, customer intelligence, dan customer retention.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
