Reporter: Raymond Reynaldi | Editor: Syamsul Azhar
JAKARTA. Perusahaan tambang asal Afrika Selatan, South African Coal, Oil, and Gas Corporation (Sasol), tengah menjajaki rencana membangun pabrik pencairan batubara (coal liquefaction plant) di Indonesia. Nilai investasi pabrik itu mencapai lebih dari US$ 2 miliar.
Sebagai langkah awal investasi itu, Sasol akan menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). "Nilainya lagi difinalisasi, tapi cukup besar, lebih besar dari US$ 2 miliar," kata Kepala BKPM Gita Wirjawan, Rabu (2/12).
Realisasi investasi ini tentu menjadi kabar baik. Sebab, selain Indonesia, Sasol sempat melirik beberapa negara lain sebagai pilihan investasinya. Sebutlah, China, India, Qatar, dan Nigeria yang lebih dulu mengajukan tawaran investasi serupa kepada Sasol.
Kabarnya, Sasol berencana menggandeng perusahaan lokal untuk membangun pabrik yang berlokasi di Kalimantan itu. Namun, Gita tak menyebutkan detail mengenai calon perusahaan lokal yang jadi mitra Sasol di Indonesia dalam kerjasama tersebut.
Demikian pula perihal waktu pelaksanaan pembangunan pabrik itu. "Penandatanganan MoU dengan BKPM dulu," tandasnya.
Sasol merupakan perusahaan asal Afrika Selatan yang mengoperasikan pabrik pencairan batubara menjadi bahan bakar minyak (BBM) cair. Perusahaan ini adalah salah satu dari sedikit perusahaan di dunia yang memiliki teknologi pencairan batubara. Produksi mereka mencapai 150.000 barel per hari. Selain di Afrika Selatan, Sasol juga membangun pabriknya di China, Nigeria, Qatar, dan India.
Seperti dikutip Dow Jones, Juru Bicara Sasol sendiri menyatakan telah berbicara dengan Pemerintah Indonesia untuk mempelajari kemungkinan pembangunan pabrik itu. Mereka berjanji akan mengumumkan hal ini lebih lanjut pada saatnya. Yang pasti hingga kini, Sasol belum menandatangani MoU dengan pemerintah Indonesia.
Berdasarkan catatan KONTAN, lobi pemerintah Indonesia untuk menjaring investasi Sasol ini sudah berjalan cukup lama, yakni sejak 2008. Tepatnya, sejak Menteri Purnomo Yusgiantoro masih memimpin departemen ESDM. Jika investasi Sasol benar-benar terlaksana, proyek ini bisa menghasilkan batubara cair setara 1,1 juta barel minyak per hari.
Sasol sempat melirik beberapa daerah sebagai lokasi pabrik. Antara lain Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Sumatera. Sebelum pembangunan pabriknya, Sasol terlebih dulu melakukan studi lapangan selama setahun. Setelah itu, proses konstruksi berlangsung lima tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News