Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Lebih jauh Kartika mengungkapkan, hasil produksi lainnya, yakni palm kernel oil (PKO) SSMS yang mengalami peningkatan yang signifikan, meningkat 179%, dari 7.832 ton menjadi 14.023 ton.
Sedangkan pada palm kernel (inti sawit) SSMS mengalami penurunan sebesar 4%, dari 65.167 ton periode sampai September 2018 menjadi 61.057 ton pada periode yang sama tahun 2019.
“Melihat dari hasil produksi tersebut dan sedang melonjaknya harga CPO dunia sepanjang bulan Oktober 2019, kami optimis kinerja SSMS akan lebih baik lagi di akhir tahun 2019" tandas Kartika.
Baca Juga: Permintaan ekspor CPO meningkat, industri mengenjot produksi
Mengutip catatan Kontan.co.id, Direktur Eksekutif Dewan Negara-negara produsen minyak sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Tan Sri Datuk Yusof Basiron menilai permintaan minyak sawit secara global akan terus tumbuh meski ada tensi perang dagang dan proteksionisme.
Ia memproyeksikan, permintaan minyak sawit global bisa bertambah 5 juta ton pada tahun 2020. Menurutnya, penopang pertumbuhan itu lantaran program pengembangan biodiesel yang dilakukan oleh Indonesia dan Malaysia. Pada tahun depan, bauran minyak sawit di Malaysia akan ditambah dari 10% (B10) menjadi B20.
Begitu juga dengan Indonesia yang menambahkan bauran minyak sawit dalam mandatory biodiesel dari B20 menjadi B30. Yusof memperkirakan, implementasi B20 di Malaysia dan B30 di Indonesia paling tidak dapat menyerap sekitar 11 juta ton minyak sawit pada tahun 2020.
Baca Juga: Saham perusahaan CPO masih merah, katalis positif baru hadir tahun depan
"Indonesia dan Malaysia menopang pertumbuhan itu. Dasar utama penopang pertumbuhan adalah dengan adanya B20 oleh Malaysia dan B30 oleh Indonesia tahun 2020" ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News