Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Industri mebel semakin bersaing merebut pasar dalam negeri, khususnya segmen furnitur perkantoran (office furniture). Ada produsen yang telah eksis dan tengah menyiapkan strategi, namun ada pula yang baru berancang-ancang memasuki segmen tersebut.
Seperti, PT Datascrip yang telah lama berkutat di Alat Tulis Kantor (ATK) dan alat elektronik berusaha menancapkan bisnisnya secara lebih mendalam di produk furnitur perkantoran ini. Zaky Makarim, Senior Division Manager PT Datascrip mengatakan walau permintaan di sektor ini naik turun, tapi perkembangan yang ada cukup menjanjikan.
"Baik yang skala rumahan, pabrikan besar hingga importir berusaha masuk (ke segmen ini)," katanya ditemui usai peluncuran showroom Datascrip terbaru, Kamis (7/2). Adapun perseroan tercatat telah melakoni bisnis furnitur ini sejak 1972 yang lalu.
Zaky mengaku selain kualitas brand Datascrip sebagai penyedia kebutuhan kantor juga membantu perseroan memperoleh pelanggan baik dari lembaga maupun institusi yang mempercayakan kebutuhan perabotnya kepada perseroan. "Tahun ini kami punya beberapa ongoing project, seperti kebutuhan office salah satu media offline sebanyak enam lantai," bebernya.
Sayangnya ia tak merinci besaran nilai proyek tersebut, namun konsep yang digunakan nantinya mengedepankan tren millenial dan modern. Selain itu di beberapa daerah Zaky menyebutkan banyak potensi penyerapan produk furnitur Datascrip, baik universitas maupun lembaga pemerintah.
Tahun ini Datascrip optimis bisnis furnitur perkantoran dapat tumbuh signifikan, meskipun Zaky belum dapat menyebutkan proyeksi angkanya. Di antara banyak produk furnitur yang dijajakan Datascrip, jenis lemari dan filling cabinet masih mengisi mayoritas penjualan.
Sekadar gambaran kontribusi bisnis furnitur ini bagi Datascrip masih dikisaran 10% dari total semua lini bisnisnya. Namun pertumbuhannya cukup memuaskan, manajemen mengatakan di tahun 2018 kemarin saja growth segmen ini sekitar 20% year on year (yoy) dengan nilai sales di atas Rp 200 miliar.
Mengenai produk furnitur yang dijajakan Datascrip, manajemen mengaku sekitar 80% diproduksi oleh sister company perseroan yakni PT Matahari Alka di Cikarang, Jawa Barat. Sedangkan sisanya diperoleh dari berbagai vendor baik lokal maupun impor.
Sementara itu Wang Sutrisno, Direktur Keuangan PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) mengatakan permintaan furnitur perkantoran tersebut akan sejalan dengan perkembangan pembangunan gedung-gedung kantor dan proyek properti lainnya. Adapun WOOD di tahun 2018 kemarin belum memasuki segmen ini.
"Namun tahun ini kami baru mulai (masuk) furnitur kantor," terang Wang kepada Kontan.co.id, Kamis (7/2). Manajemen melihat permintaan khususnya di kota besar seperti Jakarta masih menyimpan potensi pasar yang cukup besar.
Masuknya WOOD ke segmen ini seiring pula dengan penambahan kapasitas pabrikan milik perseroan. Walaupun begitu, pasar ekspor masih menjadi fokus utama perusahaan dimana porsi penjualan ke luar negeri sekitar 65%-70% dari total revenue.
Sementara di dalam negeri manajemen juga aktif memasarkan produknya baik di ritel maupun proyek. Sebelumnya untuk proyek, WOOD banyak mengisi kebutuhan perabot residensial dan e-cataloque pendidikan yang menyuplai meja-kursi sekolah.
Untuk proyek e-cataloque menurut Wang menyimpan potensi yang baik dimana di tahun kemarin porsi penjualan e-cataloque mencapai sekitar 5% dari total revenue WOOD. Manajemen berharap segmen e-cataloque ini dapat bertumbuh dobel digit di tahun 2019 ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News