Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Provinsi Jawa Barat (Jabar) masih menjadi wilayah yang memikat bagi investor. Sejumlah emiten yang bergerak di sektor properti dan kawasan industri juga terus melirik Jabar untuk melebarkan bisnisnya.
Apalagi, Jabar juga sedang fokus menjaring investor dalam pengembangan Kawasan Rebana dan Jabar Bagian Selatan. Adapun, Rebana akan difokuskan pada pengembangan kawasan kota baru dengan konsep life, work and play. Sedangkan Jabar Bagian Selatan akan berfokus pada sektor pariwisata, kemaritiman, dan pertanian.
Pengembangan dua kawasan tersebut juga mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat, melalui terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2021, yang telah diteken oleh Presiden Joko Widodo pada 9 September 2021.
Merujuk beleid tersebut, Kawasan Rebana meliputi tujuh daerah, yakni Kabupaten Subang, Sumedang, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Cirebon, serta Kota Cirebon. Sedangkan pembangunan Kawasan Jabar Bagian Selatan meliputi Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Pangandaran.
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) misalnya, masih akan mengembangkan cadangan lahan (landbank) yang dimiliki sembari menjajaki potensi-potensi bisnis di wilayah Jawa Barat. Sekretaris Perusahaan KIJA Muljadi Suganda mengungkapkan, saat ini total landbank Jababeka di Cikarang masih sekitar 1.235 hektare (ha).
Baca Juga: Kawasan Rebana dan Jabar Selatan akan serap investasi hingga Rp 392 triliun
Menurut Muljadi, lahan yang dimiliki Jababeka berada di kawasan yang sudah matang (matured) dengan faktor-faktor utama yang dibutuhkan oleh industri. Mulai dari infrastruktur berskala internasional, keandalan tenaga listrik, hingga pelayanan Cikarang Dry Port untuk mendukung logistik yang lebih efisien dan kompetitif.
Dengan fasilitas kawasan yang lengkap, Jababeka menarik minat sejumlah tenant eksisting dari lokal hingga skala mancanegara seperti Unilever, Loreal, Nissin, Samsung, Komatsu, dan perusahaan lainnya, yang saat ini terus melakukan ekspansi di Kawasan industri Jababeka.
"(Kawasan Industri Jababeka) diyakini akan menarik investor asing termasuk dari Cina, USA, Eropa, Taiwan, Jepang dan Korea. Selama ini, banyak perusahaan multinasional yang telah menjadikan Jababeka sebagai salah satu pilihan utama untuk berinvestasi," kata Muljadi kepada Kontan.co.id, Sabtu (23/10).
Masih terintegrasi dengan kawasan industri, KIJA juga memiliki kawasan hunian residential dan komersial yang bersinergi sebagai Kota Jababeka. Dengan pengalaman lebih dari 32 tahun mengembangkan kota mandiri yang berbasis kawasan industri, Muljadi menegaskan bahwa KIJA siap dan terbuka untuk bekerjasama dengan pihak swasta maupun BUMN dan BUMD mengembangkan kota-kota mandiri lainnya, khususnya di Jawa Barat yang merupakan keberadaan Kota Jababeka sebagai flagship KIJA.
"Kami pun siap untuk bersama-sama berperan serta dalam pengembangan baik kawasan utara Jabar (Rebana) maupun di bagian Jabar Selatan, yang bisa dikoneksikan dengan pengembangan kawasan pariwisata seluas 1.500 ha yang telah dimiliki Jababeka di Tanjung Lesung, Banten," kata Muljadi.
PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) juga tak mau ketinggalan. Direktur dan Sekretaris Perusahaan DMAS Tondy Suwanto mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih memiliki 1.200 ha landbank di Kota Deltamas, Cikarang. Sembari menggarap landbank eksisting, DMAS pun membuka peluang untuk pengembangan investasi di kawasan utara Jawa Barat.
Menurutnya, kawasan industri dan kota mandiri masih memiliki prospek yang menarik. "Saat ini kami masih konsentrasi mengembangkan land bank kami yang masih tersisa. Namun kami juga tidak menutup mata melihat peluang yang ada di kawasan utara," sebut Tondy.
Dari sisi pengembangan kawasan hunian dan komersial, PT PT Metropolitan Land (MTLA) secara bertahap sudah menanamkan investasinya di Jawa Barat. Direktur MTLA Olivia Surodjo menyampaikan, saat ini pun pihaknya tengah merampungkan pembangunan Hotel Horison Ultima Kertajati di Majalengka, dekat dengan BIJB, Bandara Kertajati.
"Rencananya hotel akan beroperasi di pertengahan Desember. Selanjutnya kami akan mengembangkan juga kawasan residensial, namun saat ini masih dalam tahap penyusunan master plan bersama dengan pemerintah daerah setempat," ujar Olivia.
Sebagai informasi, saat ini MTLA memiliki gross landbank sekitar 837 ha diberbagai proyek mulai dari proyek pengembangan di Jabodetabek, Cirebon hingga Kertajati. Meski belum merinci, tapi Olivia memastikan bahwa pihaknya siap mendukung pengembangan di wilayah Rebana.
"Kami mendukung upaya pemerintah Jawa Barat dalam pembangunan kawasan Rebana, yang akan menjadi masa depan ekonomi Jawa Barat," kata Olivia.
Sementara itu, Direktur Utama PT PP Properti Tbk (PPRO) I Gede Upeksa Negara menerangkan bahwa pihaknya juga memiliki lahan dan beberapa proyek yang tersebar di Jawa Barat. Mulai dari apartemen, landed house, hingga hotel.
Proyek yang digarap PPRO di Jawa Barat antara lain Apartemen Grand Kamala Lagoon di Bekasi, Little Tokyo dan Riverview di Cikarang, Student apartment di Depok (Evenciio dan Ma-Zhoji), Louvin di Jatinangor, Permata Puri Cibubur, Prime Park Hotel Bandung, dan proyek yang terbesar ada di kawasan Kertajati.
PPRO memiliki landbank sekitar 200 ha di wilayah Jawa Barat. "Sampai saat ini Perseroan belum berencana untuk menambah investasi di Jawa Barat. Perseroan masih fokus untuk mengembangkan lahan yang sudah dimiliki saat ini," ujar Gede.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jabar Noneng Komara menjelaskan bahwa pengembangan Kawasan Rebana dan Jabar Bagian Selatan memuat 162 program, dengan nilai investasi mencapai sekitar Rp 392,4 triliun.
"Besaran itu merupakan angka investasi yang diharapkan pendanaannya melalui APBN, APBD, BUMD, BUMN dan swasta," kata Noneng saat dihubungi Kontan.co.id, Jum'at (22/10).
Baca Juga: Menteri Basuki: Jalan Tol Akses Bandara Kertajati bisa selesai September 2021
Pengembangan Jabar Bagian Selatan atau dikenal juga dengan nama Arumanis akan berfokus pada sektor pariwisata, kemaritiman, dan pertanian. Dia menjelaskan, ada 81 program dengan nilai investasi sebesar Rp 157,7 triliun untuk pengembangan Jabar Bagian Selatan.
Sebanyak 81 program tersebut terbagi kedalam empat rencana induk pengembangan. Pertama, rencana induk pengembangan infrastruktur yang memuat 59 program dengan total investasi senilai Rp 135,3 triliun. Kedua, rencana induk pengembangan sektor kelautan yang memuat 8 program dengan investasi Rp 3,1 triliun.
Ketiga, Rencana induk pengembangan sektor agribisnis yang memuat 5 program dengan nilai investasi sebesar Rp 330 miliar. Keempat, rencana induk pengembangan sektor pariwisata yang memuat 9 program dengan nilai Rp 19 triliun.
Sedangkan untuk Kawasan Rebana, rencana pembangunan akan difokuskan pada pengembangan kawasan kota baru dengan konsep life, work and play. Menurut Noneng, ada 13 kota baru yang siap untuk dikembangkan oleh investor, dengan total investasi senilai Rp 234,6 triliun.
"Saat ini terdapat 9 kawasan di Rebana yang siap menerima investor untuk menanamkan modalnya di Jawa Barat," ujar Noneng.
Noneng belum membeberkan secara rinci proyek kawasan mana saja yang dimaksud, maupun investor mana saja yang sudah berkomitmen menanamkan investasinya. Yang pasti, dia memastikan bahwa kawasan Rebana juga didukung dengan pembangunan infrastruktur yang bertaraf internasional seperti Pelabuhan Patimban, Aerocity Kertajati dan Tol Cisumdawu.
Noneng menambahkan, untuk mendukung infrastruktur di Kawasan Rebana juga dibangun Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Cirebon Raya dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jatigede.
Selanjutnya: Kementerian PUPR lelang dini 191 paket pekerjaan TA 2022 di Provinsi Jawa Timur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News