Reporter: Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Sekar Bumi Tbk terus mencari cara untuk mencapai target penjualan sebesar 20% per tahun. Produsen makanan hasil laut ini segera mengoperasikan pabrik barunya yang berlokasi di Cikupa, Tangerang Banten.
Melalui pabrik itu, Sekar Bumi memproyeksikan kapasitas produksi makanan olahan bisa mencapai 24 ribu ton per tahun. "Kami akan mengoperasikan pabrik tersebut dalam waktu dekat. Kapasitas produksi akan meningkat dari sebelumnya 12 ribu ton," kata Harry Lukminto, Presiden Direktur Sekar Bumi, Senin (25/4).
Pengoperasian pabrik baru Sekar Bumi mendapat momen yang tetap. Pasalnya, kata Harry, saat ini pemerintah memang sedang mendorong industri poros maritim. Hal itu pun disambut Sekar Bumi dengan selalu melakukan inovasi produk, khususnya yang berkaitan dengan perikanan laut.
Harry menyampaikan, Sekar Bumi ingin terus mengembangkan produk yang terkait ikan. "Sejauh ini, konsentrasi produk kami masih berbahan dasar udang. Semua bahan baku masih dari dalam negeri," terang Harry.
Untuk itu, Harry bilang, suplai bahan baku dari kelautan perlu ditingkatkan melalui industrialisasi perikanan, sehingga pasokan bahan baku berkesinambungan. Apalagi, lanjutnya, sekitar 90% produk olahan Sekar Bumi ditujukan untuk penjualan ekspor, dan sisanya lokal.
Hingga saat ini, Harry mengungkapkan, ada lebih dari 30 negara tujuan ekspor produk Sekar Bumi. "Negara utama adalah Amerika dan beberapa negara di Eropa," tuturnya. Harry menyampaikan, nilai ekspor Sekar Bumi mencapai sekitar US$ 100 juta dan diharapkan bisa terus meningkat.
Informasi saja, nilai penjualan bersih emiten dengan sandi saham SKBM ini turun 8,11% pada akhir 2015. Pada periode itu, nilai penjualannya hanya mencapai Rp 1,36 triliun dari sebelumnya Rp 1,48 triliun. Catatan itu pun diperparah dengan penurunan laba sebesar 55,43% dari Rp 90,09 miliar menjadi Rp 40,15 miliar.
Menteri Perindustrian Saleh Husin pernah mengatakan, dilihat dari nilai ekspornya, makin jelas industri olahan ikan harus dipacu. Dengan kondisi sekarang, ekspor ikan olahan 93,9 ribu ton dan nilainya US$ 342,7 juta atau kisaran Rp 4,5 triliun. "Tentu saja nilai ini makin besar jika kita kembangkan industrinya," ungkapnya.
Saleh juga menyampaikan, tahun lalu, industri makanan dan minuman tumbuh 7,88% dan menopang sebagian besar pertumbuhan industri non migas. Kinerja ekspor juga bagus karena pada 2015 bernilai US$ 5,6 miliar yang meningkat dari tahun sebelumnya US$ 5,55 miliar.
Kinerja itu bakal menanjak sejalan realisasi investasi sektor industri makanan sebesar Rp 24,5 triliun untuk PMDN dan PMA sebesar US$ 1,52 miliar. Saleh juga bilang, kontribusi industri ini pada PDB merupakan yang terbesar yakni 30,86% sepanjang 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













