kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Sektor Pariwisata Terpuruk, 1.300 Anggota Asita Gulung Tikar


Selasa, 17 Februari 2009 / 07:15 WIB
Sektor Pariwisata Terpuruk, 1.300 Anggota Asita Gulung Tikar


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Krisis kredit global memukul telak sektor pariwisata. Tak hanya negara-negara lain, tapi juga Indonesia. Yang paling merasakan dampak krisis di sektor ini adalah usaha biro perjalanan wisata atau travel agen di Indonesia.

Menurut Ketua Association Tours and Travel Agencies (Asita) Ben Sukma, dari pertengahan tahun lalu hingga saat ini, sudah 20% atau 1.300 anggotanya tidak lagi beroperasi. Lemahnya industri pariwisata dalam negeri akibat merosotnya jumlah turis asing yang berkunjung menjadi salah satu pemicunya.

"Selama ini, banyak yang salah mengira, peruntungan di sektor pariwisata bakalan bagus dengan berlomba-lomba membuka travel agen. Tapi sekarang faktanya berbeda," ungkap Ben.

Dengan adanya kondisi tersebut, Ben mengusulkan agar pemerintah menelurkan kebijakan untuk menyelamatkan para usahawan di sektor ini. Salah satunya dengan memberikan kredit kepada travel agen dengan jenis usaha kecil mandiri. Menurut Ben, saat ini dari total 6.500 anggota Asita, 60% diantaranya merupakan usaha kecil mandiri. "Agen-agen tersebut mengalami kesulitan dalam pendanaan untuk modal dan lainnya," ungkapnya.

Dia mengusulkan, agar pemerintah memberikan kredit sebesar Rp 100 hingga Rp 300 juta per travel agen. "Tujuannya tak lain untuk melindungi usaha dan menghindari keterpurukan yang lebih dalam," cetusnya.

Meski demikian, dia mengakui masih ada peluang untuk mengalihkan target wisatawan Eropa dan Amerika ke Asia Tenggara. Namun kendalanya, lanjut Ben, wisatawan Asean punya kebiasaan berkunjung ke tempat-tempat hiburan bukan wisata di Indonesia.

Selain itu, waktu berkunjung wisatawan Asean sangat bergantung dengan hari libur. Ben menghitung, total hari libur wisatawan Asean rata-rata adalah 60 hari tiap tahunnya. "Saat ini misalnya dari bulan Januari hingga April ini tidak ada hari libur yang bisa kami manfaatkan untuk melakukan promosi," jelasnya.

Catatan saja, tahun ini, Asita tidak menargetkan adanya pertumbuhan kunjungan turis asing. "Yah, kami hanya menargetkan 6,5 juta turis. Artinya, tidak ada pertumbuhan karena sama dengan tahun lalu," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×