Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor perkantoran masih tertekan, sehingga menyebabkan pengembang menahan ekspansi. Hal ini lantaran kondisi oversupply dan kondisi yang belum sepenuhnya pulih dari pandemi.
Knight Frank Indonesia mencatat di periode paruh pertama tahun 2022, tingkat hunian sektor perkantoran masih terus terkoreksi di kisaran 73,3%, bahkan terdapat lebih dari 90% proyek perkantoran yang terpaksa masih harus menahan kenaikan harga sewa.
Bahkan, di semester pertama ini, tidak ditemukan adanya penambahan pasokan baru bagi sektor perkantoran, sama seperti semester sebelumnya. Terdapat juga 2 gedung perkantoran yang pada akhirnya menghentikan operasionalnya dikarenakan proses renovasi.
Baca Juga: Metropolitan Land Melihat Permintaan Ruang Perkantoran Masih Tertunda Sepanjang 2022
Andi Rina Martianti, Associate Director Occupier Services Solution Knight Frank Indonesia mengatakan, sektor perkantoran masih menemui berbagai tantangan untuk bangkit.
"Sektor perkantoran memang kondisi masih oversupply, kondisi masih challenging tapi mengarah ke tren positif," kata Rina dalam konferensi pers Knight Frank Indonesia secara virtual, Kamis (11/8).
Rina bilang, meski beberapa transaksi masih bergulir untuk relokasi dan perpanjangan masa sewa, namun untuk ekspansi ruang kantor sebagai refleksi dari pengembangan bisnis tercatat masih sangat terbatas.
Kondisi sektor perkantoran yang masih tertekan ini pun diakui oleh pengembang properti. Direktur Pengembangan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) Ivy Wong mengungkapkan, sejak pandemi banyak kantor down size, karena sebagian masih bisa WFH (Work From Home).
"Perkantoran di Jakarta sedang oversupply, yang utama di Central Business District (CBD). Okupansi kantor yang dikelola PWON di Jakarta rata-rata berkisar 80%," ungkap Ivy saat dihubungi Kontan.
Baca Juga: Knight Frank: Sektor Perkantoran Masih Tertekan Selama Semester I-2022
PWON sendiri memiliki 6 gedung perkantoran yaitu Gandaria 8 Office, Kota Kasablanka Tower A dan B, dan Pakuwon Tower yang berlokasi di Jakarta. Serta, Pakuwon Tower dan Pakuwon Center yang berada di kawasan superblok Tunjungan Plaza, Surabaya.
Mengenai ekspansi, Ivy menjelaskan, PWON berniat mengembangkan gedung perkantoran anyar di lahan eksisting perusahaan di area Gandaria City. Dalam perencanaannya, pengembangan kantor ini tidak akan terlalu besar lantaran PWON masih menahan ekspansi bisnis perkantoran.
Ivy bilang, okupansi di Gandaria City yang berkisar 93% sejak dibuka, menjadi alasan PWON berniat membangun tambahan 1 (satu) office tower. Pengembangan kantor ini rencananya sekitar NLA 30,000 sqm yang saat ini sedang dalam tahap desain. Proyek ini diungkapkan paling cepat bisa diluncurkan kuartal IV 2023.
Direktur PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Harun Hajadi pun mengatakan hal serupa. Menurutnya, pengembang properti masih menahan ekspansi bisnis perkantoran usai pandemi.
"Penambahan suplai gedung perkantoran tidak akan banyak, walaupun polanya nanti hybrid karena oversupply office yang ada sekarang masih banyak sekali," jelas Harun.
Baca Juga: Paramount Land Gandeng Jasa Marga Related Business di Pengembangan Kawasan Properti
Harun menilai, serapan gedung kantor masih terlalu lambat, sehingga mengendorkan minat pengembang. CTRA sendiri belum menyatakan akan membangun kembali gedung perkantoran dalam waktu dekat.
Adapun saat ini CTRA mengelola gedung perkantoran DBS Bank Tower yaitu di Ciputra World 1, Tokopedia Tower di Ciputra World 2, Tokopedia Care Tower di Ciputra International, dan Citra Tower Kemayoran. CTRA juga mengelola gedung di Surabaya yaitu Ciputra Office Tower di Ciputra World Surabaya.
Dari sisi okupansi, Harun menyebutkan bahwa pergerakan masih cukup baik. Hal ini karena kebanyakan tenant CTRA adalah perusahaan yang tidak terlalu mudah keluar masuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News