Reporter: Muhammad Julian | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Optima Prima Metal Sinergi (OPMS) sudah produksi sebanyak kurang lebih 12.000 besi bekas hingga semester I 2019. Sementara itu, target produksi besi scrap yang dipatok hingga akhir tahun adalah sekitar 24.000 ton besi scrap. Dengan demikian, realisasi target produksi sudah mencapai sekitar 50%.
Sebagian besar besi bekas yang diproduksi diperoleh dari proses pemotongan kapal-kapal tua yang sudah berusia di atas 25 tahun dengan kapasitas 1.000 hingga 10.000 Deadweight tonnage (DWT).
Baca Juga: Tambah kapal, Trans Power Marine (TPMA) siapkan belanja modal Rp 150 miliar
Untuk mengejar target tersebut, OPMS terus berupaya menambah kontrak pembelian kapal bekas serta untuk memperluas jaringan mitra kerja dengan perusahaan-perusahaan pelayaran yang ada di Indonesia.
Menurut keterangan Direktur Utama OPMS Meilyna Widjaja, sejauh ini sudah terdapat dua mitra yang telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) kemitraan dengan OPMS. Kedua mitra tersebut meliputi Ersihan Satya Pratama (ESP) dan PT Candi Pasifik (CP).
Meilyna menambahkan bahwa selain dari kedua perusahaan pelayaran tersebut, masih banyak terdapat perusahaan-perusahaan pelayaran lainnya yang mulai tertarik dan melakukan penjajakan untuk bermitra dengan OPMS.
Baca Juga: Menyulap limbah tong kosong supaya lebih nyaring labanya
Menurut Meilina, OPMS memiliki prosesi due dilligence yang ketat dalam menyeleksi kapal yang akan dibeli dan dipotong. Dalam proses tersebut, OPMS selalu melihat kelengkapan surat-surat kapal guna memastikan legalitas dari kapal yang akan dibeli.
Selain itu, semua transaksi pembelian juga dilakukan dihadapan notaris guna memperoleh Akta Jual Beli (AJB). Menurut Meilyna, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberi rasa aman bagi pelanggan yang akan melakukan transaksi pembelian.
“Kalau sudah melakukan due dilligence, sudah AJB di depan notaris, ya klir, pembeli suda tenang,” ujar Meilina ketika ditemui di Hotel Indonesia Kempinski pada Kamis (22/08).
Sementara itu untuk ukuran kapasitas kapal, Meilyna mengaku pihaknya tidak memiliki kriteria ukuran khusus dalam membeli kapal. Dengan demikian, OPMS selalu membuka peluang untuk membeli kapal dengan berbagai ukuran selama kapal tersebut memiliki kelengkapan surat yang lengkap.
Adapun harga pembelian kapal dihitung berdasarkan berat kapal dengan harga sebesar Rp 3.250 perkilogram. Sementara itu, besi scrap yang diperoleh dari pemotongan kapal tersebut saat ini dihargai sekitar Rp 5.200 perkilogram.
Baca Juga: Menakar hub pelabuhan global di RI
Tidak hanya itu, pasokan besi bekas untuk keperluan produksi besi scrap juga diperoleh dari besi-besi bekas sisa proyek-proyek infrastruktur yang sudah tidak terpakai. Namun demikian, Meilyna mengatakan bahwa sebagian kebutuhan bahan baku besi scrap tetap diperoleh dari kegiatan pemotongan kapal bekas. Hal ini dikarenakan OPMS menilai besi scrap yang dihasilkan dari pemotongan kapal memiliki kualitas grade yang lebih tinggi.
Besi scrap yang dihasilkan dari proses-proses produksi ini selanjutnya dijual ke perusahaan-perusahaan peleburan besi yang berada di Jawa Timur. Dalam hal ini, Meilyna mengaku pihaknya belum memiliki rencana untuk memperluas pangsa pasar lantaran masih ingin memfokuskan kegiatan penjualan besi scrap di Jawa Timur.
Meilyna menjelaskan bahwa Jawa Timur memiliki tingkat kebutuhan besi scrap yang tinggi, yaitu sekitar 2,4 juta ton. Sementara itu, sebagian besar dari kebutuhan tersebut masih dipenuhi oleh produk-produk besi scrap impor yang berasal dari Cina, negara-negara di Timur Tengah, serta negara-negara lainnya.
Baca Juga: Pabrik baru Waskita Beton (WSBP) di Kalimantan bakal rampung 2020
Oleh karena itu, Meilyna menilai OPMS memiliki peluang cukup tinggi untuk bersaing di pasar besi scrap Jawa Timur lantaran memiliki keunggulan dari segi kualitas dan harga. Dari segi harga, Meilyna meyakini produknya memiliki harga yang kompetitif lantaran produknya tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga dan mata uang di tingkat global.
Sementara itu, Meilyna juga meyakini produknya memiliki keunggulan dari segi kualitas, sebab Ia menilai bahwa sebagain besar produk besi scrap yang diimpor kerap memiliki kualitas yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan dalam transaksi pembelian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News