kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekspor karet turun tajam dua bulan terakhir


Senin, 15 Juni 2015 / 18:16 WIB
Ekspor karet turun tajam dua bulan terakhir


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Ekspor komoditas karet mengalami penurunan signifikan dalam dua bulan terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode April ke Mei 2015, ekspor komoditas karet melorot 10% dari 549,9 ton pa April 2015 menjadi 494,2 ton pada Mei 2015.

Ketua Bidang Keuangan Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Martinus S. Sinarya mengatakan penurunan ekspor karet pada saat ini tak terlepas dari permintaan di pasar global yang menurun. Seperti yang diketahui, perekonomian global seperti Eropa, Amerika Serikat dan Tiongkok tengah melambat. "Melesunya ekonomi global membuat permintaan dari konsumer kita di luar negeri berkurang," ujar Martinus kepada KONTAN, Senin (15/6).

Martinus menjelaskan bahwa penurunan permintaan terhadap karet dari pasar ekspor otomatis mempengaruhi nilai ekspor karet pemerintah. Di sisi lain, Martinus yang juga CEO Kirana Megatara Group, produsen karet terbesar di Indonesia mengeluhkan rendahnya pasokan karet saat ini. Menurutnya, harga karet yang rendah dan musim hujan dan banjiir kerap terjadi pada semester pertama tahun ini membuat produksi karet petani menurun. "Kami sendiri terpaksa menurunkan target produksi tahun ini akibat pasokan yang kurang," terangnya.

Saat ini Kirana menurunkan taret produksi sekitar 10% hingga 20% dari rata-rata sebelumnya dia tas 500.000 ton produksi per tahun menjadi sekitar 425.000 ton hingga 450.000 ton pada tahun 2015. Ia mengatakan, penurunan ini dilakukan karena pasokan karet dari petani menurun.

Ia meminta agar pemerintah serius melihat ini sebagai kemunduran karena ada hampir 10 juta jiwa menggantungkan hidupnya pada hasil karet. Dan sekitar 85% kebun karet adalah milik rakyat. Maka, lanjutnya, rakyat kecillah yang paling menderita akibat menurunnya harga karet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×