kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sempat Kehilangan US$ 1,5 miliar, Luhut Klaim Kini Ekspor Nikel Indonesia Meningkat


Jumat, 09 Agustus 2024 / 17:26 WIB
Sempat Kehilangan US$ 1,5 miliar, Luhut Klaim Kini Ekspor Nikel Indonesia Meningkat
ILUSTRASI. Foto udara lokasi smelter nikel milik PT Antam Tbk di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Jumat (10/5/2024). Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mencatat deposit cadangan Nikel sebanyak 140,3 juta ton yang ada di beberapa wilayah di Indonesia, sementara Nikel terbesar berada di Sulawesi Tenggara mencapai 81 juta ton deposit cadangannya. ANTARA FOTO/Andry Denisah/YU/Spt.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (MenkoMarves), Luhut Binsar Pandjaitan mengakui ada potensi kehilangan sebesar US$ 1,5 miliar dari keputusan pelarangan ekspor bijih nikel. 

Meski begitu, Luhut menegaskan keputusan yang diambil oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai tepat untuk menunjukan posisi Indonesia di mata dunia. 

"Dan hari ini, kita semua sama-sama menyaksikan bagaimana dampak sebuah teladan kepemimpinan dalam keberanian yang beliau tunjukkan, satu per satu membuahkan hasil," jelas Luhut dalam keterangan resmi, di instagram pribadinya, Jum'at (9/8). 

Selain nilai ekspor nikel yang terus meningkat, Indonesia saat ini juga bersiap menjadi produsen anoda terbesar ke dua di dunia. 

Selain itu, Indonesia juga siap menjadi bagian penting dari rantai pasok industri baterai, sekaligus membangun ekosistem kendaraan listrik (EV) yang terintegrasi. 

Baca Juga: Jokowi Resmikan Pabrik Bahan Anoda Baterai Litium di Jateng Senilai US$ 478 Juta

Luhut kemudian mengatakan hal ini serupa dengan pepatah Jawa "Jer Basuki Mawa Beya", bahwa kesejahteraan itu butuh pengorbanan. 

Dalam kasus ini, ia mengatakan banyak tekanan yang datang saat Kepala Negara memutuskan untuk stop ekspor bijih nikel. Bahkan berbagai gugatan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) juga terus menghampiri. 

Menurutnya, ini menandakan kebijakan larangan ini memberikan efek yang jauh lebih besar dari apa yang dia perkirakan. 

"Namun, patut kita syukuri kita punya pemimpin yang berani mengambil keputusan penting meski banyak potensi resiko datang menghampiri. Kita sudah tunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu mengelola kekayaan alam secara mandiri, dan membuka jalan menuju kemakmuran yang lebih besar bagi bangsa ini." urainya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×