kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sepi kontrak, APEX minta penerapan azas cabotage


Selasa, 17 Mei 2016 / 13:51 WIB
Sepi kontrak, APEX minta penerapan azas cabotage


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga minyak dunia yang masih seret adalah tantangan berkepanjangan bagi pelaku usaha sektor pertambangan. Tak terkecuali, bagi perusahaan jasa minyak dan (migas) seperti PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Mengaku sepi kontrak, mereka meminta pemerintah serius menjalankan azas cabotage.

Azas cabotage adalah aturan yang mewajibkan komoditas domestik diangkut oleh kapal berbendera Indonesia. Titah tersebut ini tertuang dalam Undang-Undang 17/2008 tentang Pelayaran.

Penerapan azas cabotage tersebut bisa memberikan efek domino positif bagi bisnis Apexindo. "Kami berharap dalam setiap tender, pemerintah mendahulukan perusahaan Indonesia, jika ada sisa tender yang sekiranya perusahaan lokal tidak mampu, baru tender dilempar ke perusahaan asing," harap General Manager Marketing PT Apexindo Pratama Duta Tbk Irawan Sigit, Senin (16/5).

Manajemen Apexindo mengklaim sebagai perusahaan jasa pengeboran lepas pantai dalam negeri, yang pertama kali menjadikan rig lepas pantai sebagai rig jack up. Rig mereka adalah Raniworo.

Nah, Apexindo berharap  Raniworo berpeluang besar untuk mendapatkan pekerjaan di dalam negeri. Perusahaan berkode APEX di Bursa Efek Indonesia tersebut yakin dari sisi kemampuan tak kalah dengan para pemain asing yang selama ini meramaikan industri migas nasional.

Namun efek domino positif dari penerapan azas cabotage, butuh kerjasama sejumlah pihak.  "Regulasi ini belum menjadi jadi satu antara Hubla (Ditjen Perhubungan Laut) dan SKK Migas," kata Irawan.

Sepanjang tahun ini, Apexindo memperkirakan tak akan mengantongi banyak kontrak baru. Hingga Mei 2016i, mereka baru mendapatkan satu kontrak baru dari Santos.

Pengalaman Apexindo, harga minyak mentah dunia yang terus turun membikin para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) mengurangi tender pekerjaan migas hingga 60%  sejak awal tahun. Dampaknya bagi Apexindo,  utilisasi peralatan jasa pengeboran mereka turun dari 70%-80% menjadi 30%-40%.

Namun begitu, Apexindo tetap berupaya mengulik tambahan perolehan kontrak anyar. Terbaru, mereka akan mengikuti tender kontrak jasa migas di blok Offshore North West Java (ONWJ) yang dioperatori oleh PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). "Sejauh ini baru akan ada kontrak ONWJ, ya kami berminat," aku Irawan.

Sebagai informasi, Apexindo memiliki 18 unit kapal kerja. Perinciannya, delapan kapal untuk proyek offshore dan tiga kapal jack up. Sisanya berupa kapal swamp barge, kapal floating storage and offloading (FSO) dan jenis kapal lain.

Laporan keuangan terakhir Apexindo yang terpublikasikan berakhir 30 September 2015. Pada periode tersebut, bisnis jasa pengeboran menjadi kontributor utama sebesar US$ 165,56 juta atau 81,50% terhadap total pendapatan US$ 203,13 juta. Sisanya adalah kontribusi dari bisnis mobilisasi dan demobilisasi serta bisnis lain-lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×