kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.199   57,86   0,81%
  • KOMPAS100 1.105   10,32   0,94%
  • LQ45 877   10,94   1,26%
  • ISSI 221   0,89   0,40%
  • IDX30 448   5,61   1,27%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,22   0,97%
  • IDXV30 135   0,58   0,43%
  • IDXQ30 149   1,55   1,05%

Sesuai Prediksi, Harga Kedelai Terus Bergerak Naik di Awal Tahun Ini


Jumat, 14 Januari 2022 / 06:30 WIB
Sesuai Prediksi, Harga Kedelai Terus Bergerak Naik di Awal Tahun Ini


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga kedelai mendorong naiknya harga tahu dan tempe di pasaran. Berdasarkan data pantauan Kementerian Perdagangan (Kemendag) per 10 Januari 2022, harga kedelai di tingkat perajin terpantau berada di kisaran Rp 10.500 - Rp 10.750.

Direktur Asosiasi Importir Kedelai Indo (Akindo) Hidayat menjelaskan bahwa harga kedelai di gudang importir saat ini berada di angka kisaran Rp 10.000.

“Harga kedelai di gudang importir stabil berada di angka sekitar Rp 10.000. Kenaikan ini sudah berjalan dari tahun lalu yang disebabkan cuaca ekstrem yang menerpa negara pengimpor seperti Brazil dan Argentina. Selain itu, aktivitas Cina yang memborong pasokan kedelai secara besar-besaran juga mendorong kenaikan harga kedelai kian melonjak,” ujar Hidayat kepada Kontan, Kamis (13/1).

Baca Juga: Gakoptindo: Harga Tempe Tahu Berpotensi Naik di Tengah Lonjakan Harga Kedelai

Hidayat menambahkan bahwa pergerakan harga kedelai masih dapat disiasati oleh perajin tahu dan tempe. Oleh karena itu, adanya pengecilan ukuran tahu ataupun tempe dinilai merupakan sebuah hal yang dapat dimaklumi.

Selain itu, perajin tahu dan tempe dinilai sudah pernah melewati fase kenaikan yang lebih ekstrem di bulan Mei-Juni tahun lalu, di mana kenaikan harga kedelai mencapai US$ 16 per bushels. Hidayat memprediksikan, kenaikan harga kedelai ini akan terus meningkat hingga pertengahan tahun 2022.

Sebagai informasi, berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), pasokan kedelai dunia dipastikan cukup untuk memasok kebutuhan kedelai dunia untuk tahun 2021-2022.

Indonesia sendiri membutuhkan pasokan kedelai nasional sebanyak 3 juta ton per tahun, dimana 2,6 juta ton pasokan kedelai tersebut berasal dari pasar impor.

Menanggapi kenaikan harga kedelai, pendapat lainnya datang dari Ketua Primer Koperasi Perajin Tahu Tempe (Primkopti) DKI Jakarta Sutaryo yang menyebutkan bahwa kenaikan ini bukanlah suatu hal yang mencengangkan.

“Kenaikan harga kedelai memang telah diprediksi dari tahun lalu. Saat itu, harga kedelai senilai Rp 7.000 telah saya perkirakan akan tembus ke angka Rp 10.000 di akhir tahun 2021,” terang Sutaryo kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Kemendag Pastikan Stok Bahan Pokok Aman Walau Ada Kenaikan Harga

Sutaryo melanjutkan bahwa fenomena ini tidak sesuai untuk disebut sebagai sebuah kenaikan harga, namun lebih tepat disebut sebagai transformasi harga. "Mengapa demikian hal tersebut karena harga kedelai di masa mendatang diperkirakan tidak dapat turun kembali di bawah angka Rp 10.000," ucap Sutaryo.

Berdasarkan pengamatan Sutaryo, dirinya menjelaskan bahwa fenomena kenaikan harga kedelai hanya dapat ditanggulangi dengan cara mengurangi ketergantungan akan kedelai impor dan beralih kepada pemanfaatan produksi kedelai dalam negeri.

Namun, Sutaryo menilai realisasinya akan sulit untuk dilakukan. Penyebabnya adalah karena terbatasnya lahan untuk dimanfaatkan dan adanya kompetisi lahan.

“Di Amerika ratusan hektare lahan dapat dimanfaatkan oleh satu keluarga petani, sementara di Indonesia hanya tersedia puluhan hektare lahan namun dimanfaatkan lebih dari satu keluarga petani bahkan sisanya banyak dikuasai oleh korporasi,” ujar Sutaryo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×