Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya harga kedelai dikeluhkan oleh para pengusaha tempe tahu di Indonesia dan bisa merugikan masyarakat sebagai konsumen akhir. Padahal, baik tempe dan tahu merupakan salah satu makanan yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan per 10 Januari 2022, harga kedelai di tingkat perajin berada di kisaran Rp 10.500—Rp 10.750 per kilogram (kg) atau naik 4,14% dibandingkan harga pada bulan sebelumnya.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Pengusaha Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, tren kenaikan harga kedelai sudah terjadi sejak tahun lalu. Saat ini, negara penghasil kedelai terbesar di dunia adalah Amerika Serikat, Brasil, dan beberapa negara Amerika Latin.
Baca Juga: Tempe Sering Tidak Awet? Intip 4 Cara Agar Tempe Tidak Mudah Busuk
Biasanya, panen kedelai terjadi pada rentang Oktober—Desember yang mana idealnya di periode tersebut harga kedelai akan turun. “Tapi, karena ada kendala cuaca, panen jadi terganggu sehingga harga kedelai dunia naik,” ujar dia, Kamis (13/1).
Rata-rata produksi kedelai dari negara penghasil yang disebutkan tadi bisa mencapai kisaran 140 juta ton—150 juta ton per tahun. Adapun permintaan kedelai terbesar berasal dari China yakni sekitar 77 juta ton per tahun dan dapat meningkat ketika momentum Tahun Baru Imlek.
Faktor kendala cuaca tersebut tentu mempengaruhi suplai kedelai di Indonesia. Di tiap tahunnya, Indonesia membutuhkan suplai kedelai sekitar 3 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 2,6 juta ton di antaranya berasal dari impor, sedangkan sisanya berasal dari petani kedelai lokal.
“Kami ingin kualitas kedelai lokal sama dengan produk impor, tapi pembinaan di kalangan petani lokal masih kurang,” ungkap Aip.
Baca Juga: Kementan: Harga telur, minyak goreng, dan daging ayam masih akan naik