kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Setelah merugi, Century Textile Industry (CNTX) berambisi bisa meraih BEP


Rabu, 19 September 2018 / 18:18 WIB
Setelah merugi, Century Textile Industry (CNTX) berambisi bisa meraih BEP


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Century Textile Industry Tbk (Centex) berharap bisa mencapai break even point (BEP). Setelah setahun belakangan merugi, pabrikan tekstil ini berusaha meningkatkan marjin lewat peningkatan produksi.

Dalam laporan keuangan di tahun fiskal yang berakhir Maret lalu (April 2017-Maret 2018), Centex merugi US$ 1,38 juta. Padahal secara pendapatan Centex bisa mencapai US$ 33,14 juta atau naik dari periode tahun fiskal 2017 sebesar US$ 32,06 juta.

Ho Soo Boon, President Director Centex menjelaskan tahun ini diharapkan bisa mencapai BEP dalam akhir tahun fiskal kedepan. Adapun perseroan juga membidik pendapatan bisa meningkat menjadi US$ 43 juta.

"Kami harap dengan penambahan mesin produksi bisa meningkatan kemampuan produksi serta memperbanyak produk yang memiliki nilai tambah," kata Boon dalam paparan publik perseroan di Pabrik Centex, Jakarta, Rabu (19/9)

Tercatat, produksi Dyeing Centex sudah mulai beroperasi. Awalnya, mesin baru ini dapat digunakan pada Maret 2018 namun karena ada beberapa kendala harus mundur menjadi pertengahan tahun ini.

Alhasil dalam tahun fiskal kedepan, Centex bisa memproduksi sebesar 2,48 juta yards per per bulan atau meningkat dari periode tahun lalu sebanyak 1,83 juta yards per bulan. "Di lini produksi baru kami juga menciptakan produk-produk baru dan bisa menjual dengan harga yang lebih tinggi," kata Boon.

Untuk nilai investasi tersebut mencapai US$ 14,5 juta yang didapat pendaanaan dari salah satu pemegang saham perseroan. Yakni Penfabric yang memiliki 30% kepemlikian saham Centex. "Untuk proporsi ekspor masih sebesar 80% dan sisanya domestik," paparnya.

Pasar ekspor yang baru dibidik yakni di Amerika Serikat. Bila awalnya proporsi per tahun nya hanya 4% ditingkatkan menjadi 11% dari total produksi. Namun secara kuantitas pasar di Jepang masih menjadi proporsi terbesar.

Terkait nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar AS, Boon menjelaskan ada untung ruginya. Untungnya karena saat ini proporsi ekspor masih besar. 

Namun emiten berkode saham CNTX ini juga menjual ke domestik dalam nilai tukar rupiah lalu dikonversi ke dollar AS. Sehingga ada rugi kurs yang terjadi. "Saat ini ada keuntungan tipis karena nilai tukar," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×