Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
Dihubungi terpisah, pengamat migas dari Universitas Trisaksi Pri Agung Rakhmanto mengungkapkan bahwa skema dan harga dari PI yang akan dilepas atau dialihkan bisa dengan kesepakatan business to business (b to b). Namun, Pri menegaskan, pengalihan PI dalam kontrak migas harus dengan persetujuan dari Menteri ESDM setelah sebelumnya mendapat pertimbangan teknis dari SKK Migas.
"Tergantung pada ada yang berminat untuk mengambil alih PI itu atau tidak. Jika misalnya ada, tergantung pada evaluasi SKK Migas dan nantinya apakah mendapat persetujuan Menteri atau tidak. Aturannya demikian. PP hulu migas dan Permen ESDM 48/2017," ungkap dia.
Terkait dengan kelanjutan proyek, Pri berpandangan bahwa terlepas dari adanya Shell atau tidak, hal yang lebih penting dalam tahapan pengembangan Blok Masela sebetulnya adalah kontrak jual beli gas (PJBG/GSA). "Tanpa itu, pengembangan Masela tidak akan dapat berlanjut," tegas dia.
Sebelumnya Kontan.co.id memberitakan, Shell mengincar dana senilai US$ 2,2 miliar dari proses divestasi 35% hak partisipasinya itu. Besaran angka itu dipaparkan oleh lembaga riset Rystad Energy.
Baca Juga: Hengkang dari Blok Masela, Shell bakal jual sahamnya senilai US$ 2,2 miliar?
Kendati demikian, Rystad memperkirakan akan sulit bagi Shell mendapatkan pembeli sekalipun Proyek Masela yang terletak dekat dengan pasar Asia. Terlebih lagi, Blok Masela belum memasuki fase pengembangan.
Direktur Penelitian Asia Pasifik Wood Mackenzie Andrew Harwood menjelaskan, kabar mundurnya Shell bukanlah hal baru. Pasalnya di 2019 silam, isu yang sama sempat beredar. Namun, rencana pelepasan hak partisipasi itu dianggap jauh lebih kompleks dari isu sebelumnya.
Sementara itu, Satuan kerja Khusus Pelaksana kegiatan usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan, pembahasan divestasi Shell atas Blok Masela jika terus berlanjut akan rampung di 2021 mendatang.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bilang, proses pembahasan divestasi masih dalam tahap awal dan masih terus berlangsung. "Saya kira info divestasi masih awal, saya kira proses itu akan berjalan 1,5 tahun. Jika proses itu berlanjut paling lambat 2021 sudah harus selesai," ungkap Dwi dalam Konferensi Pers Virtual, Jumat (17/7).
Dwi pun belum bisa memastikan berapa besar hak partisipasi yang akan dilepas oleh Shell sebab proses pembahasan Shell dan Inpex Corporation masih berjalan. Ia memastikan, dari laporan yang diterima SKK Migas alasan mundurnya Shell murni karena Masela tak masuk dalam review portfolio global oleh Shell.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News