CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Shell Masih Enggan Menggeluti Bisnis Bahan Bakar Nabati


Senin, 02 November 2009 / 07:45 WIB
Shell Masih Enggan Menggeluti Bisnis Bahan Bakar Nabati


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pemerintah Indonesia tengah gencar mengembangkan bisnis bahan bakar nabati (BBN) di dalam negeri. Namun, hal itu tak mendorong perusahaan minyak dan gas (migas) asal Belanda, Shell, untuk turut serta menjajal ceruk usaha BBN tersebut. Meskipun, Shell telah berhasil merambah usaha migas di Indonesia melalui anak usahanya, PT Shell Indonesia.

Kepastian pasokan dan harga bahan baku yang belum ada menjadi pertimbangan Shell untuk tidak menggeluti bisnis BBN di Indonesia.

Presiden Direktur PT Shell Indonesia, Darwin Silalahi bilang, perlu ada kondisi tertentu agar Shell masuk dalam bisnis BBN. "Sebab kami beroperasi di lebih dari 100 negara. Jika tidak dilakukan secara hati-hati dampaknya ke lingkungan," ujar Darwin, pekan lalu.

Menurut Darwin, masuk ke dalam bisnis BBN membutuhkan kontinuitas pasokan bahan baku dan harga. Nah, kini, kondisi harga bahan baku BBN seperti minyak sawit mentah, cenderung turun naik secara drastis. "Yang harus diutamakan adalah sustainability price," lanjut dia.

Selain itu, Darwin menilai, bisnis BBN memerlukan sistem penyaluran maupun bahan bakunya yang pasti. Karena itu, ia pun berharap pemerintah mampu menjaga sikap netral.

Sebab, Darwin khawatir, jika ada keinginan sepihak untuk menarik keuntungan lebih, bisa saja Shell akan terpinggirkan dalam memperoleh pasokan bahan baku BBN itu. "Kalau kebijakan ini tidak ada, pasar tidak bisa berfungsi untuk sustainability. Kami tidak ingin ada komplain terhadap perusahaan kami jika suatu saat tidak dapat menyediakan BBN," jelas dia.

Namun, Darwin tak menampik kemungkinan bahwa dalam beberapa tahun nanti perusahaannya akan melirik bisnis BBN. Pasalnya, kini, lapangan migas sudah dalam kapasitas produksi maksimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×