Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen makanan dan minuman ringan, PT Siantar Top Tbk (STTP) berharap dapat melanjutkan tren positif kinerja bisnisnya selepas kuartal I-2022. STTP juga menyadari tantangan bisnis di sisa tahun ini masih cukup berat.
Sebagai informasi, penjualan neto STTP naik 15,68% (yoy) menjadi Rp 1,18 triliun pada kuartal I-2022. Laba bersih STTP juga meningkat 6,12% (yoy) menjadi Rp 164,19 miliar di periode yang sama.
Direktur Siantar Top Armin mensyukuri hasil kinerja yang dicapai oleh STTP selama tiga bulan pertama tahun ini. Manajemen Siantar Top masih berupaya meraih pertumbuhan penjualan dan laba bersih dua digit sampai akhir tahun nanti.
Baca Juga: Siantar Top (STTP) Raup Penjualan Rp 1,18 Triliun pada Kuartal I-2022
Armin mengaku, bukan perkara mudah untuk memenuhi target kinerja tersebut. Sebab, perekonomian nasional dan global masih diliputi oleh ketidakpastian. Dari sisi konsumen, pelemahan ekonomi tentu berdampak bagi daya beli mereka, sehingga ujung-ujungnya berpengaruh pada penjualan Siantar Top.
Belum lagi, harga sejumlah bahan baku pangan telah mengalami kenaikan yang cukup tajam akibat kombinasi efek pandemi Covid-19 dan eskalasi konflik geopolitik di Eropa Timur.
Padahal, bahan baku utama produk-produk Siantar Top seperti tepung terigu masih bisa diperoleh dari pasar domestik.
“Akan tetapi, harga tepung di dalam negeri juga ikut naik terdampak oleh peningkatan harga gandum di pasar global,” ujar dia, Jumat (17/6).
Siantar Top sudah mulai mengerek harga jual produk-produknya kepada konsumen, meski itu dilakukan secara perlahan dan penuh kehati-hatian. “Kami harus selalu memantau situasi pasar. Penyesuaian harga produk pun tidak bisa dilakukan terlalu ekstrim, karena bisa mempengaruhi penjualan,” ungkap Armin.
Manajemen Siantar Top akan terus mengoptimalkan distribusi produk ke berbagai jenis pasar dan toko. Perusahaan ini juga akan memaksimalkan kemampuan produksi pabriknya guna mengatrol penjualan di tahun 2022.
Siantar Top menyediakan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 350 miliar di tahun ini. Sebagian besar dana capex tersebut digunakan untuk penambahan mesin baru untuk produksi di pabrik Siantar Top. Selain itu, capex Siantar Top juga digunakan untuk investasi penambahan produk baru dan investasi mendukung anak usaha.
“Seiring dengan pertumbuhan kinerja, kami sudah harus menambah dan melakukan upgrade pada mesin-mesin yang ada di pabrik,” tandas dia.
Sekadar catatan, Siantar Top memiliki tiga segmen produk makanan ringan, yaitu kerupuk yang terdiri dari merek French Fries 2000, Tic Tic, dan Twistko. Lalu, terdapat segmen mie dengan merek seperti Spix Mie Goreng, Gemez Enaak, Soba Mie, dan Suki.
Baca Juga: Jelang Ramadhan dan Lebaran, Begini Proyeksi Siantar Top (STTP)
Ada pula segmen biskuit dan wafer seperti Deo Goriorio, Deo Go Potato, Go Malkist, dan lain-lain. Siantar Top juga menjual kopi instan dengan merek O’Krimer dan Maestro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News