Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) telah menyiapkan roadmap pengembangan bahan baku obat (BBO) yang berpotensi dapat menekan impor bahan baku hingga 23,8% pada 2024. Pasalnya selama ini Indonesia masih ketergantungan mengimportasi bahan baku obat dari China dan India.
Direktur Utama Kimia Farma, Verdi Budidarmo menjelaskan Kimia Farma telah memiliki roadmap yang fokus pada pengembangan beberapa produk antara lain produk farmasi, bahan baku obat, kosmetik, dan alat kesehatan tertentu.
Adapun untuk pengembangan BBO, sejak 2016 Kimia Farma membuat perusahaan patungan PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP), gabungan antara PT Kimia Farma dengan PT Sungwun Pharmacopia Indonesia sebagai perwakilan dari Sungwun Pharmacopia Co Ltd dari Korea Selatan. Perusahaan ini menjalankan pabrik bahan baku obat.
Baca Juga: Kimia Farma (KAEF) bakal jual rapid test di bawah Rp 100 ribu
"KAEF menginisiasi produksi BBO dalam negeri dalam rangka mendukung program pemerintah menurunkan impor BBO. Adapun upaya ini potensi penurunan impor BBO hingga 23,8% di 2024," jelasnya dalam paparan publik virtual, Rabu (29/7).
Verdi menyatakan hal ini tentu dapat dicapai apabila BBO dimanfaatkan secara maksimal oleh pelaku industri farmasi dalam negeri yang kurang lebih ada 250 produsen farmasi.
Di tahap awal atau di 2020 Verdi menyatakan Kimia Farma menargetkan dapat menurunkan ketergantungan impor bahan baku obat sebesar 2,72% yang ditunjang dengan peluncuran dan penjualan 4 produk yakni Simvastatin, Atorvastatin, Clopidogrel,dan Entecavir.
Selain 4 produk tersebut, Verdi bilang Kimia Farma juga sudah bekerjasama dengan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) selaku subholding refinery and petrochemical dari PT Pertamina (Persero) untuk mengoptimalkan potensi nilai tambah dari pengolahan produk turunan petrokimia menjadi bahan baku farmasi, seperti paracetamol.
Direktur Produksi dan Supply Chain, Andi Prazos menyatakan produk Simvastatin KAEF saat ini sudah mengandung Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga kurang lebih 50%. "Namun untuk keseluruhan produk KAEF, TKDN masih dihitung. Yang pasti targetnya di tahun ini bisa menurunkan 2,7% ketergantungan impor BBO," jelasnya.
Baca Juga: Pertamina dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) Akan Kongsi Memproduksi Parasetamol
Selain mengatur rencana jangka panjang, KAEF juga telah menyiapkan sejumlah startegi di sepanjang 2020. Di antaranya adalah penguatan rantai bisnis di Kimia Farma Grup, melakukan transformasi di marketing, serta menjalin aliansi strategis untuk melengkapi portofolio bisnis helathcare.
Untuk memuluskan rencana pengembangan bisnisnya, Kimia Farma telah menganggarkan belanja modal di sepanjang tahun ini.
Direktur Keuangan Kimia Farma, Pardiman menjelaskan belanja modal yang dialokasikan untuk tahun ini senilai Rp 547 miliar dan sudah terserap 54% hingga Juni 2020.
"Capex akan digunakan untuk pengembangan apotek, klinik, laboratorium klinik, pengembangan fasilitas bahan baku obat (BBO) dan pengembangan fasilitas produksi yang merupakan mandatory regulator farmasi," jelasnya.
Sebagai informasi, di 2020 KAEF menargetkan launching produk baru 72 SKU yang terdiri dari 33 produk kategori farma dan 39 produk kategori non-farma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News