Reporter: Femi Adi Soempeno, Bloomberg |
WASHINGTON. Tudingan subsidi dan dumping kertas oleh Amerika Serikat (AS) yang ditujukan untuk perusahaan kertas Indonesia dan China memasuki babak baru. Pemerintah AS akan memungut Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) untuk kertas glossy dari dua negara tersebut. Di Indonesia, yang terkena BMAD ini adalah PT Asia Pulp & Paper atau yang lebih dikenal dengan PT Sinarmas Group.
Departemen Perdagangan AS menjelaskan, kertas glossy China dan Indonesia telah merugikan AS sebesar US$ 260 juta untuk kertas-kertas yang jamak digunakan untuk majalah. Sebab itu, AS akan memungut BMAD sebesar 135,83% untuk China dan 20,13% untuk Indonesia. Sementara itu, bea imbalan ekspor atau countervailing duties rata-rata sebesar 17,94% untuk Indonesia dan 178,03% untuk China.
Asal tahu saja, NewPage Corp., Appleton Coated LLC dan Sappi Ltd. memang mengajukan petisi dumping dan meminta pemerintahnya menetapkan bea masuk ini. Mereka menilai, kertas yang diproduksi oleh China dan Indonesia telah mendapatkan subsidi dari pemerintah di kedua negara, ongkos listrik yang murah dan ongkos yang murah bagi produsen domestik untuk mendapatkan kayu gelondongan.
Bulan April dan Mei lalu, Departemen Perdagangan AS telah mengutip bea masuk sementara. Sejak saat itu, importir kertas telah mendeposit bea tersebut dan tarif akan mencapai titik final setelah U.S. International Trade Commission (US-ITC) melansir pertemuan terpisah pada 4 November 2010 mendatang.
Gold East Paper Jiangsu Co., anak perusahaan Sinarmas di China, harus membayar BMAD 25,24%; sementara itu perusahaan kertas yang tidak tercatat harus membayar 153,47%. Sementara itu, Sinarmas dari Indonesia, harus membayar tarif BMAD sebesar 38%.
"Kami kecewa," kata Terry Hunley, Presiden Asia Pulp & Paper AS.
Pertengahan tahun lalu, Direktur Pengelola Sinarmas Gandhi Sulistiyo menegaskan, selama ini Sinarmas tidak mengekspor peroduk kertas jenis glossy. "Tuduhan itu salah alamat. Sebab, sebenarnya yang kita ekspor ke AS dalam jumlah besar adalah multiplier kertas (kertas gulungan), ungkap Gandhi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News