Reporter: Asnil Bambani Amri, Reuters | Editor: Asnil Amri
KUALUMPUR. Perusahaan perdagangan crude palm oil (CPO) di Singapura menghentikan pengiriman CPO dari Indonesia ke Iran.
Penghentian ekspor ke Iran itu terkait dengan keraguan pengusaha Singapura akan kemampuan Iran melakukan transaksi pembayaran, pasca pemberlakuan embargo kebijakan keuangan oleh Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Eksportir CPO di Singapura khawatir, pembeli CPO di Iran tidak bisa melakukan transaksi letter of credit.
Penghentian ekspor CPO ke Iran diprediksi bisa mengganggu pasokan pangan Iran. Apalagi, Iran juga memasok beras dari India dan gandum dari Eropa.
Salah satu pedagang CPO di Singapura yang tidak mau menyebut nama bilang, Indonesia ekspor sekitar 50.000 ton CPO per bulan ke Iran. Untuk ekspor ke Iran, CPO dari Indonesia selama ini dijual di Singapura sebagai pusat penjualan minyak sawit dari Indonesia..
"Saya dapat mengkonfirmasikan bahwa perusahaan Singapura telah berhenti (ekspor ke Iran). Kami tidak ingin dekat-dekat dengan Iran pada saat ini, terlalu berisiko," kata salah seorang pedagang CPO dari perusahaan Singapura tersebut.
Selain Indonesia, eksportir CPO dari Malaysia juga telah menghentikan pasokan ekspor ke Iran sebesar 30.000 ton dengan alasan serupa.
Sementara itu, salah satu pengusaha pengolahan CPO di Iran mengaku nyaris tidak bisa mendapatkan CPO karena tidak ada yang berani ekspor ke Iran. Padahal kata dia, pabrik pengolahannya membutuhkan 16.000 ton CPO per tahun.
"Kilang kami di Iran dan tidak bisa beroperasi karena tidak memiliki sumber CPO, baik dari Indonesia atau Malaysia," kata pedagang Arab Saudi.
"Ini benar-benar menyakiti bisnis kami, kami sudah meminta pasokan, tetapi tidak ada yang bersedia memberikan," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News