Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan proses pengadaan lahan Kilang gas alam cair (LNG) Masela akan memakan waktu selama 8 bulan.
Pemerintah Provinsi Maluku telah secara resmi telah menetapkan Pulau Nustual yang terletak di Tanimbar Selatan, Kepulauan Tanimbar sebagai lokasi pelabuhan kilang LNG Masela.
Baca Juga: SKK Migas siap kawal Pulau Nustual yang jadi lokasi pelabuhan kilang Masela
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto yang ditemui di Kementerian ESDM membenarkan hal tersebut. Ia mengungkapkan nantinya lokasi kilang tidak akan berada jauh dari tempat tersebut. "Iya (kilang) di dekat situ," ujar Dwi, Senin (16/3)
Dwi menambahkan saat ini masih ada beberapa tahapan yang akan dilakukan. Ia menjelaskan, kini tengah melakukan empat tahapan pekerjaan sekaligus demi memuluskan jalannya proyek berkapasitas produksi LNG tahunan sebesar 9,5 juta ton.
Selain pengadaan lahan, saat ini Inpex juga melakukan tender Front End Engeineering Design (FEED) dan membuat pedoman rencana tender EPC (Engeineering, Procurement and Construction) yang akan digunakan sebagai parameter Final Investment Decision (FID).
Sementara itu, Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas, Sulistya Hastuti Wahyu Setelah penetapan lokasi, SKK Migas dan Inpex akan bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk proses pengadaan tanah tersebut. “Dalam proses pengadaan tanah ini akan ada proses pengukuran dan pembayaran ganti rugi, yang dipimpin oleh BPN. Diperkirakan memakan waktu sekitar delapan bulan,” katanya.
Baca Juga: Gubernur Maluku siap dukung Blok Masela termasuk masalah lahan
Dalam surat keputusan Pemerintah Provinsi yang diterima Kontan.co.id, lokasi yang ditetapkan tercatat seluas kurang lebih 27 Ha. Selain itu, pelaksanaan pembangunan kilang LNG diperkirakan memakan waktu sekitar 58 bulan.
Deputi Operasi SKK Migas, Julius Wiratno mengatakan, FID akan dilakukan pada Q4 2022. Apabila semuanya berjalan sesuai rencana, pada Q1 tahun 2023 rencananya akan mulai dilakukan konstruksi. Julius tak menampik merebaknya wabah virus corona juga berdampak pada rencana proyek.
“Konsekuensi yang nampak adalah soal tata waktu yang sedikit tersita. Dibutuhkan sekitar satu bulan untuk membersihkan peralatan survei dengan desinfektan, khususnya peralatan yang berasal dari negara yang terpapar Covid-19. Peralatan survey ini sangat penting karena support data langsung untuk keperluan FEED”, jelas Julius.
Kendati demikian, ia memastikan pihaknya siap mengawal jalannya proyek agar dapat onstream sesuai rencana yang diterapkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News