Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak virus corona yang mulai menghinggapi berbagai negara berpotensi mempengaruhi industri minyak dan gas bumi di Indonesia.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengaku menyiapkan sejumlah langkah antisipasi dan alternatif jika nantinya hal tersebut terjadi.
Baca Juga: Kemenperin siap boyong ratusan pelaku industri ke Hannover Messe 2020
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bilang hingga saat ini kebanyakan investor masih mengambil sikap wait and see terkait virus corona.
"Ya pasti semuanya masih wait and see. Cuma nanti kalau mengenai harga, kalau harga minyak dunia turun sampai ke bawah US$ 40 barel pasti berdampak kepada investasi," ungkap Dwi akhir pekan ini di Kementerian ESDM.
Dwi melanjutkan, investasi migas tanah air berkaitan erat dengan kondisi ekonomi dan perindustrian Tiongkok. Jika terjadi penurunan pada sektor tersebut maka akan memberikan dampak pada investasi migas.
Kendati demikian, ia mengungkapkan sejauh ini pihaknya belum menerima laporan secara langsung terkait permasalahan ini dari para perusahaan migas. "Jadi kalau ada pengembalian Liquified Natural Gas (LNG) dan menyebabkan ada stok menumpuk maka tentu saja kita akan pergi ke spot," jelas Dwi.
Baca Juga: IHSG diproyeksikan lanjut menguat pada Senin (10/2), simak sentimen pendorongnya
Dwi menambahkan, SKK Migas bersama para penjual LNG akan berdiskusi jika terjadi pembatalan pengiriman kargo LNG.
Adapun, menurutnya seandainya terjadi pembatalan pengiriman kargo LNG maka tidak akan berdampak pada sisi pendapatan sebab kontrak take or pay yang mengikat. Hal ini disebut Dwi justru akan berdampak pada penurunan produksi ataupun lifting.
Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Maret 2020 di New York Merchanille Exchange (Nymex) pada Minggu (9/2) pukul 13.32 WIB turun 1,24% ke level US$ 50,32 per barel.
Sebelumnya, Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Indonesia menilai wabah virus corona yang menjangkiti berbagai negara di dunia bisa berdampak negatif terhadap industri migas nasional.
Baca Juga: Tersengat virus corona, IHSG diperkirakan baru pulih di semester II-2020
Ketua Umum Aspermigas John Karamoy mengungkapkan, virus corona diduga akan menurunkan permintaan minyak dunia sehingga menciptakan kondisi kelebihan suplai. Hal ini mengakibatkan harga minyak mentah global turun.
China sendiri umumnya mengimpor sekitar 10 juta barel minyak per hari. “Akibat dari wabah virus corona, dapat terjadi penurunan terhadap impor tersebut hingga 1 juta barel per hari tergantung dari berapa lama wabah ini terus ada,” papar dia belum lama ini.
Bagi Indonesia, kondisi seperti itu akan mengakibatkan pendapatan perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor hulu migas mengalami penurunan. Di lain pihak, pajak yang diterima pemerintah dari industri migas dapat meleset dari target jika kinerja perusahaan di sektor tersebut menurun.
Meski begitu, menyebarnya wabah virus corona juga berpotensi membuat biaya impor minyak mentah menjadi lebih murah lantaran harga minyak global terkoreksi.
Baca Juga: Pasar lesu, Surya Toto (TOTO) tahan ekspansi tahun ini
Tak ketinggalan, John juga berpendapat, bukan mustahil keberadaan virus corona dapat membuat organisasi negara penghasil minyak atau OPEC menurunkan produksi di kemudian hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News