Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) memastikan rencana pembangunan pabrik pengolahan (smelter) baja anti karat alias stainless steel masuk ke dalam proyek pipeline NCKL di Pulau Obi.
Adapun Pembangunan smelter tersebut guna menyerap produksi feronikel yang dihasilkan NCKL. Smelter ini juga bertujuan agar produk feronikel bisa diolah dan dijual ke pasar domestik.
“Semoga pipeline ini bisa berjalan lancar dan bisa dieksekusi dalam waktu yang tidak lama lagi. Ini memang perlu waktu karena memang nilai investasinya cukup besar” ujar Roy Arman Arfandy, Direktur Utama NCKL dalam diskusi daring Bersama Stockbit Sekuritas, Jumat (11/8).
Namun, Roy tidak merinci lebih lanjut nilai investasi dari Pembangunan smelter baja anti karat tersebut.
Dari sisi kinerja, NCKL terus menggenjot kenaikan kapasitas produksi. Saat ini, NCKL sedang memulai proses ramping up smelter kedua yang dijalankan oleh PT Halmahera Jaya Feronikel dengan kapasitas terpasang sekitar 95.000 ton.
Baca Juga: Pendapatan Tumbuh 88,74%, Laba Trimegah Bangun Persada (NCKL) Turun di Semester I
Mengingat masih dalam proses ramping up, Ray mengestimasi total produksi tahun ini hanya 90.000 ton, yang berasal dari Megah Surya Pertiwi (MSP) yang memiliki kapasitas produksi 25.000 ton dan PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) sebesar 65.000 ton.
“Ini pun loncatan yang signifikan karena produksi feronikel di 2022 hanya 25.000 ton yang datang dari MSP. Tahun ini ada tambahan 65.000 ton dari HJF,” sambung Roy.
Nah, tahun depan, produksi feronikel NCKL akan bertumbuh. Sebab, tahun depan HJF sudah selesai proses rumping up dan akan mencapai full capacity sebesar 95.000 ton. Sehingga, kapasitas produksi feronikel NCKL tahun depan mencapai 120.000 ton, yang mana mengalami peningkatan 30% dari 2023.
Pada 2025, smelter ketiga yang dijalankan oleh PT Karunia Permai Sentosa (KPS) yang memiliki kapasitas 185.000 ton akan beroperasi. Sehingga, apabila produksi KPS sudah mencapai full capacity, produksi feronikel NCKL akan mencapai 305.000 ton.
“Ini loncatan signifikan yang akan mendorong pertumbuhan bisnis kami karena ada peningkatan produksi feronikel,” pungkas Roy
Nantinya, produk feronikel dari smelter ketiga ini diharapkan bisa diproses lebih lanjut untuk produk turunan seperti stainless steel.
Per semester I-2023, pendapatan NCKL naik 88,74% secara tahunan atau year-on-year (YoY) menjadi Rp 10,24 triliun di semester I 2023. Sebelumnya, pendapatan konsolidasi NCKL berjumlah Rp 5,42 triliun di semester I 2022.
Naiknya pendapatan ini sejalan dengan naiknya volume penjualan. Lini produksi refinery High Pressure Acid Leach (HPAL) mencatatkan kenaikan penjualan 22% menjadi sebesar 23.969 ton kandungan nikel.
Emiten terafiliasi Grup Harita ini juga membukukan kenaikan sebesar 171% volume penjualan feronikel menjadi 37.756 ton dari semula 13.910 ton pada di semester pertama tahun 2022.
Di saat yang sama, kenaikan pendapatan NCKL juga dibarengi oleh kenaikan pengeluaran di sejumlah pos beban. Beban pokok penjualan, misalnya, naik 177,41% yoy menjadi Rp 6,74 triliun di semester I 2023.
Kenaikan pengeluaran juga dijumpai pada beban penjualan, umum, dan administrasi naik yang naik 89,62% menjadi Rp 752,22 miliar. bHiaya keuangan naik 186,62% menjadi Rp 285,33 miliar di semester I-2023.
Dus, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih NCKL turun 14,65% dari Rp 3,21 triliun di semester I-2022 menjadi Rp 2,74 triliun di semester I-2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News