CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Soal Penerapan Permen ESDM Terkait PLTS Atap, Begini Tanggapan Pengusaha


Selasa, 27 Februari 2024 / 07:15 WIB
Soal Penerapan Permen ESDM Terkait PLTS Atap, Begini Tanggapan Pengusaha
ILUSTRASI. Sejumlah perusahaan yang bergerak di bisnis PLTS masih menunggu dampak penerapan kebijakan Permen ESDM No 2 Tahun 2024


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sejumlah perusahaan yang bergerak di bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) masih menunggu dampak penerapan kebijakan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No 2 Tahun 2024 tentang PLTS Atap terhadap kue bisnis dalam negeri. 

Bagi pengusaha, ada sejumlah poin yang akan berdampak pada turunnya minat konsumen memasang pembangkit matahari ini. 

Direktur Utama PT Sky Energy Tbk (
JSKY), Jung Fan mengapresiasi upaya pemerintah dalam merevisi permen PLTS Atap untuk menaikkan minat masyarakat. 

"Namun jika melihat dua poin penting dalam Permen PLTS Atap yang baru yakni peniadaan ekspor listrik ke PLN dan sistem kuota, kami rasa belum akan berdampak signifikan ke pasar pelanggan residensial," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (26/5). 

Baca Juga: Berpeluang Ada Monopoli, AESI: Sistem Kuota PLTS Atap untuk 5 Tahun Harus Transparan

Menurutnya, peniadaan ekspor listrik ke PLN yang sebenarnya menjadi  daya tarik bagi konsumen, justru dihapus dengan pertimbangan akan membebani PLN ke depannya.

Perihal sistem kuota, Jung Fan menilai, perlu diperhatikan jumlah kuota yang disediakan dan dibandingkan dengan permintaan pasar. Tentu semakin banyak kuota yang tersedia, akan membantu industri PLTS Atap dalam mencapai targetnya masing-masing. 

Melihat kondisi ini, JSKY pun masih wait and see memandang prospek  pasar domestik. Dia belum bisa memerinci target penjualan untuk pasar dalam negeri tahun ini. 

"Kami akan lebih dulu mengamati penerapan Permen ESDM PLTS Atap yang baru kemudian kita kalkulasi juga dampak profitnya bagi perusahaan," ujarnya. 

Meski demikian, perusahaan panel surya ini telah menyiapkan strategi bisnis lain dengan menggenjot penjualan ke luar negeri. 

Jung Fan menerangkan, permintaan panel surya dari Amerika dan Jepang sedang naik-naiknya. Ada peningkatan permintaan di pasar luar negeri karena saat ini sedang tren penggunaan panel surya untuk karavan. 

Di sepanjang 2024, JSKY menargetkan produksi panel surya kurang lebih 15,6 Mega Watt (MW) per tahun setara Rp 130 miliar per tahun.

"Target tahun ini ada kenaikan berkisar 20% dibandingkan tahun lalu dan dominan untuk pasar luar negeri," tandasnya. 

Deputy CEO SUN Energy, Dion Jefferson menambahkan, agar ada transparansi infomasi terkait kuota yang diberikan. 

"Selain itu, ada monitoring sistem untuk memantau kuota yang masih tersisa. Dan ada kontrol mekanisme pemberian jangan sampai ada yang bisa memesan kuota banyak-banyak karena dekat dengan pembuat regulasi," jelasnya saat dihubungi terpisah. 

Dia juga mengusulkan, penentuan kuota untuk tiap Unit Pelaksanaan Pelayanan Pelanggan (UP3) hendaknya dilihat dari jumlah kebutuhan dan potensi PLTS atap. 

Dion bilang jangan sampai daerah yang potensial dan kebutuhannya banyak, malah diberikan kuota yang sedikit karena alasan-alasan tertentu.

SUN Energy juga melihat pengaruh beleid baru ini belum terlalu signifikan karena sosialisasi dan implementasi di seluruh Indonesia membutuhkan  waktu. Sehingga kemungkinan besar PLN regional masih akan transisi sampai akhir tahun.

Dengan Permen ESDM PLTS atap ini, SUN Energy menilai sektor komersial dan industri (C&I) yang lebih prospektif daripada segmen residensial. 

SUN Energy menargetkan pemasangan PLTS Atap akan semakin tinggi di tahun ini yakni 150 MWp atau naik 50% YoY dibandingkan 2023 yang sebesar 100 MWp. 

Pihaknya optimistis target tersebut bisa tercapai karena sudah ada beberapa kemitraan yang terjalin di tahun ini. Kerja sama tersebut akan menjadi katalis bisnis SUN Energy di tahun depan. 

Baca Juga: Kementerian ESDM Terbitkan Aturan Terkait PLTS Atap

Pada awal 2023 lalu, SUN Energy telah menjalin kerja sama dengan PLN Icon Plus dalam rangka pengembangan proyek PLTS. Keduanya menyepakati rencana kerja sama penyediaan sistem fotovoltaik di berbagai sektor, sistem manajemen energi, serta pengelolaan dan perdagangan karbon. 

Kemudian, perusahaan PLTS ini juga meresmikan perusahaan patungan (joint venture) bersama Sojitz Corporation, korporasi asal Jepang. Kongsi ini bertujuan meningkatkan penetrasi PLTS di perusahaan Jepang yang melakukan operasi di Indonesia.

Dalam kerja sama ini, SUN Energy akan memasang PLTS Atap di pabrik yang berada di Kawasan Industri Deltamas di Cikarang di mana potensi PLTS Atap (dilihat dari luas atap) sebesar 100 MW. 

“Kita sudah MoU dengan beberapa perusahaan di Kawasan Industri Deltamas sekitar 12 MW di tahun ini tetapi belum terpasang. Instalasi akan dilakukan tahun depan. Rencana kami akan memasang 20 MW sehingga sisa 8 MW akan kami cari,” ujarnya. 

Tidak hanya itu, SUN Energy juga akan memperluas penetrasi sistem PLTS sektor industrial dan komersial di Sulawesi dan Kalimantan. Pihaknya juga akan menambah portofolio instalasi sistem PLTS ke jenis industri lain seperti semen yang akan dioperasikan pada 2024. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[ntensive Boothcamp] Business Intelligence with Ms Excel Sales for Non-Sales (Sales for Non-Sales Bukan Orang Sales, Bisa Menjual?)

[X]
×