Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) dikabarkan melakukan pembicaraan awal dengan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) untuk memberikan suntikan modal.
Menanggapi hal tersebut, CEO Danantara Rosan Roeslani mengatakan Danantara masih melakukan kajian terkait dengan rencana Danantara menyuntik modal ke Garuda Indonesia.
"Nantilah kalau itu, sedang berjalan, Insya Allah," ujar Rosan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (22/5).
Baca Juga: Menengok Kinerja Garuda Indonesia (GIAA) Beberapa Tahun Usai Restrukturisasi
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani dalam keterbukaan informasi BEI mengatakan bahwa pada prinsipnya kebijakan dan strategi atas aksi korporasi tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan pemegang saham serta para pemangku kepentingan terkait.
Ia bilang, Garuda Indonesia terus berkoordinasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan agar perusahaan berjalan sesuai jalur dan strategi perseroan.
Dihubungi secara terpisah, Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan, salah satu langkah mendesak bagi Danantara adalah merestrukturisasi BUMN-BUMN bermasalah, seperti Garuda, BUMN-BUMN karya, dan BUMN-BUMN farmasi.
"Jika terlambat dilakukan justru akan semakin mahal. Tetapi restrukturisasi harus tuntas, artinya harus menyelesaikan masalah bukan menyembunyikannya," ujar Wijayanto kepada Kontan.
Wijayanto menambahkan, merger beberapa BUMN bermasalah tanpa menyelesaikan akar permasalahan justru akan memperburuk keadaan. Misalnya apa yang terjadi pada BUMN farmasi adalah contoh konkret.
Baca Juga: Bos Pelita Air Buka Suara Terkait Progres Merger dengan Garuda Indonesia
Menurut Wijayanto, kunci sukses restrukturisasi BUMN, di antaranya mengisi BUMN dengan manajemen dan komisaris yang jujur dan handal. Memperbaiki bisnis model agar tetap relevan.
Lalu, rasionalisasi dan efisiensi wajib dilakukan, jika perlu melakukan terminasi BUMN yang tidak relevan. Dalam sektor tertentu, mengundang partner strategis perlu dilakukan, kendatipun Danantara akan kehilangan kontrol mayoritas. Serta menghentikan politisasi BUMN.
"Dalam konteks restrukturisasi, Danantara harus berhati-hati menggunakan pendanaan dari bank-bank BUMN, selain ini berpotensi manarik mereka yang sehat menjadi sakit, ini juga akan merusak reputasi Danantara," jelas Wijayanto.
Selanjutnya: Sejumlah Saham Gocap Naik di Bulan Mei, Cermati Kinerja dan Volume Transaksinya
Menarik Dibaca: Harga Emas Pegadaian 23 Mei 2025 Antam dan UBS Kompak Naik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News