Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Produsen garmen dan kain mentah, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) terus menggenjot kinerjanya di tahun ini. Perseroan optimis performanya mampu berkembang seiring meningkatnya demand produk tekstil di Indonesia.
Adapun untuk rencana investasi baru, Welly Salam, Sekretaris Perusahaan SRIL mengaku belum ada ekspansi besar-besaran. Strategi bisnis di tahun ini pun sebagian besar melanjutkan strategi di tahun kemarin.
"Dimana untuk capital expenditure (capex) 2019 ini hanya untuk pemeliharaan saja dengan jumlah sekitar US$ 40 juta," sebut Welly kepada Kontan.co.id, Kamis (14/3). Revitalisasi tersebut penting lantaran SRIL tengah mengupayakan pemaksimalan kapasitas produksi yang ada.
Seperti yang diketahui, perusahaan memiliki banyak lini produksi, rincian kapasitasnya ialah kain mentah sebanyak 180 juta meter per tahun, kain jadi 240 juta yard per tahun, spinning 1,1 juta bales per tahun dan garment 30 juta potong per tahun. "Kami masih fokus untuk meningkatkan utilisasi produksi mencapai di atas 90% untuk semua divisi," tutur Welly.
Soal proyeksi target di tahun ini, manajemen mematok kenaikan sekitar 10%-12% baik dari segi penjualan maupun bottom line. Mengenai capaian di 2018, sayangnya SRIL belum dapat merincikannya saat ini.
Kalau berkaca pada laporan keuangan kuartal tiga 2018 kemarin, tercatat penjualan kotor SRIL sebesar US$ 763,9 juta, naik 33,41% dibandingkan dengan kuartal tiga 2017. Penjualan ini menghasilkan laba bersih senilai US$ 70,5 juta atau melonjak 49,3% secara year on year dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu berlangsungnya perundingan perjanjian dagang Ekonomi Komprehensif Indonesia dengan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA/IE-CEPA) apakah bakal berdampak besar bagi ekspor SRIL? Welly mengungkapkan bahwa selama ini ekspor SRIL ke sana relatif kecil sekitar 8%-10% dari penjualan ekspor.
Sehingga manajemen belum melihat dampak yang signifikan, namun tak memungkiri efek positif bagi garmen Indonesia di ranah global bakal dirasakan pengekspor seperti SRIL. Ekspor tampaknya bakal menjadi segmen dominan bagi SRIL di tahun 2019, dimana manajemen menargetkan porsi penjualan tersebut sebanyak 58%-60% dari total revenue.
Sejauh ini sampai kuartal tiga 2018 ekspor SRIL masih didominasi oleh regional Asia sebanyak US$ 309 juta, melejit 67% dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya US$ 184 juta. Secara total penjualan ekspor mencatatkan angka US$ 405 juta atau sebesar 53% dari total revenue SRIL di kuartal tiga 2018 yang sejumlah US$ 763 juta.
Mengenai pasar dalam negeri, momen jelang musim lebaran ini SRIL tengah mengantisipasi kenaikan permintaan produk garmen. Kata Welly, karena lebaran di kuartal dua di tahun ini maka pertumbuhannya masih kuat dan baik.
"Karena untuk kami dalam beberapa tahun terakhir Ini pertumbuhan Yang kuat biasanya di kuartal satu, kuartal dua dan kuartal terakhir," urainya. Bicara soal perkembangan soal pengembangan produk serat rayon, manajemen enggan berkomentar lebih lanjut lantaran menegaskan perusahaan yang memproduksi tersebut berada di luar struktur SRIL sebagai perusahaan publik (public company).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News