Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel meyakini kedatangan Starlink ke Indonesia adalah upaya percepatan Pemerintah untuk menjawab tantangan pembangunan infrastructure di daerah pelosok di seluruh Indonesia 3T (tertinggal, terdepan dan terluar).
Direktur Investasi MTEL Hendra Purnama menuturkan langkah yang dilakukan tersebut memerlukan biaya yang sangat besar jika tetap melakukan penggelaran melalui teresterial.
Beda Starlink dengan satellite yang dimiliki Indonesia (Satria-1), Starlink merupakan jenis satellite Low Earth Orbit (LEO), sementara Satria-1 merupakan Geostationary Earth Orbit (GEO) yang memang kecepatan internetnya dan latensi yang lebih tinggi.
Baca Juga: Pendapatan Mitratel (MTEL) Diproyeksi Tumbuh 13%, Simak Rekomendasi Sahamnya
"Tanpa menutup semua kemungkinan, Mitratel meyakini dengan adanya teknologi satelit merupakan terobosan yang besar teknologi telekomunikasi, baik untuk B2B maupun untuk B2C," jelasnya kepada Kontan, Selasa (26/9).
Hendra melanjutkan, Starlink membangun bisnis internet di Indonesia dengan skema Business to Business (B2B), yakni antara Starlink dengan pihak perusahaan yang sudah eksis di Indonesia.
Perusahaan di Indonesia yang sudah bekerjasama dengan Starlink adalah Telkomsat (sebagai anak perusahaan Telkom yang lini usaha utamanya bergerak di bidang satelit) dan juga salah satu operator selular yaitu Smartfren.
Baca Juga: Ramai Starlink Masuk Indonesia, Bagaimana Nasib Emiten Telko?
Dengan demikian, menurut MTEL keinginan starlink untuk mendapatkan segmen Business to Consumer (B2C) masih belum mendapatkan izin dari pemerintah Indonesia. MTEL pun optimistis tahun ini dapat mencapai target laba bersih yang dipasang di angka Rp 2 triliun di akhir 2023.
MTEL sendiri diketahui membukukan peningkatan pendapatan dan laba bersih sepanjang semester I 2023. Laba bersih MTEL naik menjadi Rp 1,02 triliun sepanjang 6 bulan pertama 2023.
Pendapatan MTEL meningkat menjadi Rp 4,12 triliun pada semester I 2023 atau naik 10,82% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dari Rp 3,72 triliun.
Baca Juga: Starlink Bakal di Indonesia, XL Axiata: Perlu Adanya Regulasi
Kinerja ini didorong oleh pendapatan sewa menara sebesar Rp 3,82 triliun, pendapatan jasa konstruksi Rp 295,8 miliar, dan pendapatan jasa dan sewa listrik Rp 6,2 miliar.
"Mitratel meyakini dapat menuai keberhasilan pada akhir tahun sesuai dengan penetapan guidance 2023. Mitratel tetap menjadikan pertumbuhan sektor menara sebagai mesin pertumbuhan utama perusahaan," kata Hendra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News