Reporter: Handoyo |
JAKARTA. Saat musim hujan, produksi garam petani lokal biasanya jatuh. Namun, beberapa produsen garam mengaku tak akan impor garam dalam waktu dekat. Selain stok garam lokal masih banyak, mereka memilih akan meningkatkan kapasitas produksi perusahaan serta menyerap stok garam petani lokal. Dua perusahaan garam itu adalah PT Cheetam Garam Indonesia dan PT Garam.
Arthur Tanudjaja, Presiden Direktur PT Cheetam Garam Indonesia mengatakan, Cheetam akan meningkatkan penyerapan garam petani lokal tahun ini sehingga belum merencanakan impor. "Kami belum tahu jumlahnya, yang jelas akan lebih besar dari tahun kemarin," katanya kepada KONTAN, Kamis (5/1).
Sepanjang 2011, PT Cheetam mengimpor sekitar 70.000 ton garam. Mereka hanya membeli garam petani lokal sebanyak 10.000 ton karena kualitas garam domestik kurang baik. Garam impor memiliki kandungan natrium klorida (NaCl) mencapai 98% dan tingkat kekotoran hanya 0,002%. Angka itu lebih baik dibanding dengan produksi garam petani lokal.
Meski begitu, harga garam lokal lebih mahal. PT Cheetam membeli garam petani Rp 690 per kg, sedangkan garam impor berkisar US$ 60 per ton sampai US$ 65 per ton.
Selain meningkatkan pembelian garam lokal, PT Cheetam juga menargetkan penyelesaian pembangunan ladang garamnya di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Lahan seluas 1.050 hektare itu diperkirakan mampu menghasilkan 250.000 ton garam. Ladang itu melibatkan petani plasma sekitar 800 sampai 1.000 orang.
Menurut Arthur, seluruh produksi garam PT Cheetam dijual ke industri. Saat ini, sekitar 30 perusahaan pangan multinasional dan 50 industri menengah telah bekerjasama.
Direktur Utama PT Garam Slamet Irredenta berharap agar pemerintah tidak terlalu tergesa-gesa membuka keran impor garam "Musim hujan sudah datang dan produksi garam anjlok, tetapi di kalangan petani masih ada stok," katanya.
Ia menambahkan, dengan menahan laju impor garam maka petani bisa menjual stok garam yang dimiliki dengan harga layak. Langkah ini untuk memacu produksi petani tahun depan. "Pemerintah juga harus mengawasi kuota impor garam," tegasnya.
Janji PT Cheetam Garam Indonesia dan PT Garam disambut baik Faisal Baidowi, Anggota Presidium Aliansi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (AP2GRI). "Stok garam di tingkat petani masih ada. Sebaiknya mereka melakukan penyerapan terlebih dahulu," ujarnya.
Apalagi, menurut AP3GRI, meskipun panen garam sudah berakhir akhir Oktober 2011, namun stok garam yang masih tersisa di petani mencapai 300.000 ton. Hingga Desember lalu produsi garam lokal mencapai 1,13 juta ton. Dari jumlah itu, 47% merupakan garam kualitas III, 33% kualitas II, dan 20% kualitas I.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News