Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah pengusaha industri kecil dan menengah (IKM) khususnya di sektor makanan dan minuman (mamin) optimistis bisa kembali menggenjot kapasitas produksinya usai hantaman hebat imbas pandemi virus corona. Menurut para pelaku usaha mamin, sektor ini terus tumbuh dan menerbitkan optimisme dibandingkan sektor lainnya.
Hal tersebut disampaikan para pelaku usaha dari berbagai wilayah Jawa Timur seperti Malang, Nganjuk, Surabaya bersama dengan produsen gula rafinasi dalam sebuah diskusi yang digelar di Batu, Malang, Jawa Timur (22/4).
Wakil Ketua AGRI M. Yamin Rahman mengungkap, optimisme pemulihan sektor industri makanan dan minuman setidaknya tercermin dari meningkatnya permintaan bahan baku dalam hal ini gula rafinasi. Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan kesiapan seluruh industri pemasok gula rafinasi untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan nasional.
Baca Juga: Bentuk SDM unggul, Kemendikbud umumkan 6 program baru perluasan beasiswa LPDP
“Permintaan GKR dari IKM mulai meningkat sejalan dengan mulai membaiknya perekonomian nasional. AGRI berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan IKM dalam bentuk mendukung penuh kebutuhan GKR dari IKM,” jelas dia dalam keterangannya, Jumat (23/4).
Kondisi itu dibenarkan Guru Mujib, pemilik AR Bakery and Donut di Nganjuk yang produknya dipasarkan ke Madiun, Ngajuk dan Kediri. Ia sendiri mengaku tak ada masalah dengan pasokan gula yang dalam kondisi ramai, mampu menyerap 2,5 kuintal gula/ hari. Mujib mengaku siap memacu produksinya apa lagi jelang hari raya Lebaran.
Hal senada disampaikan Tjokro Tjahyono, pemilik industri makanan ringan dengan merk dagang Happy Tos di Malang. Usaha tersebut telah dikelola puluhan tahun. Saat ini per bulan ia menggunakan GKR sebanyak 60 ton. Dibeli dari pabrik GKR di Cilegon seharga Rp 10.000 per kg, termasuk ongkos angkut dan pajak. Pasokan gula rafinasi pun disebutnya aman tanpa kendala.
“Lancar-lancar saja kok. Pengiriman pun cepat. Paling lama dua hari sudah sampai di Malang,” pungkasnya.
Optimisme ini sekaligus menepis kabar yang belakangan sempat ramai perihal bergugurannya IKM di Jawa Timur imbas seretnya pasokan gula rafinasi. Melihat kecukupan pasokan tersebut, kuota tambahan impor gula rafinasi agaknya tak perlu dilakukan. Pemerintah cukup menjalankan alokasi yang sudah ditetapkan di awal tahun saja.
Baca Juga: Kementerian PUPR tengah proses finalisasi KPBU proyek jembatan Batam - Bintan
Ketua DPD APTRI Kebon Agung, Malang, Dwi Irianto mengatakan, bila kuota impor gula rafinasi ditambah, ia justru khawatir itu malah merembes ke pasar konsumsi dan mengganggu industri gula berbasis tebu rakyat khususnya di Jawa Timur. "Stok gula petani sisa giling 2020 masih ada 42 ribu ton. Yang jadi masalah saat ini adalah perembesan dengan modus adanya penggantian karung gula rafinasi menjadi gula kristal putih," sebut dia.
Hal senada disampaikan Ketua Umum APTRI, Soemitro Samadikoen. Menurutnya, di Jawa Timur khususnya, tidak ada pabrik gula rafinasi. Yang ada justru pabrik gula berbasis tebu. Sehingga menurutnya, adalah hal yang aneh bila ada suara kelangkaan gula rafinasi datang dari pelaku usaha di Jawa Timur.
"Pengusaha itu harus lihat sekelilingnya itu kan banyak petani. Basis kita di Jawa Timur ini adalah basis gula untuk konsumsi dari tebu, kok minta jatah impor," tegasnya.
Selanjutnya: Pemerintah genjot perhutanan sosial agar tingkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News