Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kini berfokus untuk mengembangkan proyek gasifikasi yang dinilai menjadi kebutuhan utama.
"Gasifikasi ini akan menjadi salah satu pilar bisnis (perusahaan) ke depan," kata Direktur Utama PTBA Suryo Eko Hadianto dikutip dari keterangan resmi, Senin (26/7).
Suryo mengungkapkan, meski PTBA masih menguasai cadangan batubara lebih dari 3 miliar ton dan mampu digunakan hingga 100 tahun mendatang dengan rata-rata produksi 30 juta ton per tahun, Suryo meyakini pemenuhan kebutuhan energi saat itu tak lagi bersandar pada batubara.
"Seratus tahun yang akan datang, batubara akan ditinggalkan. Maka harus kami berdayakan secepatnya, salah satu terobosannya adalah gasifikasi batubara," jelas Suryo.
Baca Juga: Produsen batubara nilai perizinan investasi yang efisien memberikan dampak positif
Gasifikasi sendiri, sambung Suryo, akan jadi produk turunan dari batubara (coal derivative). "Proses gasifikasi PTBA adalah mengubah batubara menjadi Dymethil Ether (DME) yang fungsinya menjadi pengganti LPG," ungkapnya.
Dalam catatan Suryo, Indonesia masih mengimpor LPG sekitar 7 hingga 8 juta ton per tahun. Untuk itu, proyek gasifikasi diharapkan mampu menjawab kemandirian energi.
Suryo memastikan proyek gasifikasi segera berjalan. Kepastian berlanjutnya proyek gasifikasi tersebut ditandai dengan penandatanganan Amandemen Perjanjian Kerja Sama Pengembangan DME antara PTBA, PT Pertamina, dan Air Products & Chemicals, Inc. (APCI). "Operatinal agreement dan processing agreement sudah ditandatangani," tegasnya.
Baca Juga: Perizinan investasi yang efisien jadi katalis positif industri pertambangan batubara
Rencananya, proyek ini akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20 tahun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun sehingga dapat memperbaiki neraca perdagangan.