Reporter: Aprillia Ika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tak sembarang minimarket menggunakan strategi buka 24 jam penuh untuk menggaet konsumennya. Hanya pada titik tertentu yang diyakini bakal ramai saja minimarket berani menerapkan strategi tersebut. Lantaran, biaya operasional minimarket 24 jam tergolong tinggi.
Memang, strategi buka 24 jam penuh bukan hal yang baru di Indonesia. Selain minimarket, ada beberapa gerai yang buka seharian penuh seperti apotik, kedai kopi, restoran cepat saji dan sebagainya.
Kesemua gerai tersebut buka 24 jam bukan untuk mengejar untung, akan tetapi mengejar pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkannya. Misalkan saja gerai 24 jam Alfamart.
Menurut Didit Setiadi, Corporate Communication Manager Alfamart, gerai Alfamart 24 jam hanya dibuka pada titik dimana terdapat fasilitas publik didalamnya. Misalkan saja perkantoran, rumah sakit, tempat hiburan malam, atau di perumahan yang aktivitas warganya berlangsung selama 24 jam.
"Poin utama layanan 24 jam ini adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. jadi harus dibuka pada titik yang benar-benar ramai atau membutuhkannya agar tidak merugi," ujar Didit. Sayangnya, belum ada data yang jelas berapa persen jumlah gerai Alfamart yang dibuka selama 24 jam dari total 2800 gerai Alfamart.
Khusus untuk gerai Alfamart, terdapat perbedaan mendasar gerai Alfamart 24 jam dengan Alfamart reguler. Yaitu pada stok barang yang dipajang.
Untuk Alfamart reguler, stok barang yang dipajang ditentukan menurut kebutuhan dasar seseorang mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. "Biasanya kebutuhan seperti sabun cuci, pasta gigi, dan sebagainya yang dibawa pulang kerumah," lanjut Didit.
Semantara untuk Alfamart 24 jam stok barangnya lebih ditujukan kepada kebutuhan konsumsi pribadi. Misalkan rokok, cemilan, minuman ringan serta aneka barang pribadi yang sifatnya tidak dibawa pulang kerumah. "Mungkin sabun cuci dipajang juga, tetapi tidak banyak," ujar Didit.
Didit mengaku, keuntungan tiap gerai Alfamart baik yang reguler maupun yang buka 24 jam tidak jauh berbeda. Pengunjung gerai reguler mungkin tak sebanyak pengunjung gerai 24 jam. Akan tetapi biaya overhead listrik dan tenaga kerja gerai reguler lebih kecil daripada biaya listrik dan tenaga kerja gerai 24 jam.
"Antara revenue dan biaya operasional gerai 24 jam memang dua kali lipat gerai reguler. Jadi sama saja sebenarnya," tukas Didit.
Lantaran tak banyak gerai minimarket yang buka 24 jam, Didit mengaku santai menanggapi persaingan minimarket 24 jam. "Persaingan berjalan normal karena tidak banyak daerah yang buka 24 jam," ujarnya.
Pesaing terdekat Alfamart, Indomaret juga mengungkapkan hal serupa. Menurut Laurensius Tirta Widjaja, Direktur Operasional Indomaret, pembukaan gerai 24 jam harus mengacu pada ramai tidaknya situasi dan kondisi tempat gerai tersebut berdiri. Bukan pada persaingan buka 24 jam.
Misalkan saja di daerah sepadat Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Laurensius memutuskan tidak membuka gerai 24 jam kedua gerainya di tempat tersebut. Padahal terdapat dua gerai minimarket Circle K dan satu gerai Alfamart sudah buka 24 jam lantaran terdapat fasilitas publik seperti rumah sakit, pasar dan perkantoran. "Kalau memang nggak ramai terus buka 24 jam, bisa mubasir," kilahnya.
Laurensius mengakui, persaingan di ranah 24 jam antar minimarket memang tidak seserius dan seberat persaingan gerai minimarket reguler. Tak heran jika total gerai 24 jam Indomaret hanya sebesar 10% dari total gerai Indomaret secara nasional yang berjumlah 3.125 gerai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News