Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Indosmelt menyatakan masih memproses tahapan pra feasibility study (FS) untuk pembangunan smelter berkapasitas 120.000 ton per tahun. Kajian kelayakan ekonomi proyek itu rampung Maret mendatang, atau mundur dari rencana sebelumnya pada Januari 2015.
Natsir Mansur, Direktur Utama Indosmelt mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil kajian pra FS yang digelar oleh China EnFI Nonferrours Engineering Co Ltd. Tapi, "Walaupun pra FS mundur, kami tetap optimistis kegiatan konstruksi tetap bisa digelar pada tahun ini. Sehingga, target mulainya operasi smelter pada 2019 tetap bisa dikejar," kata dia kepada KONTAN, pekan lalu.
China EnFI Nonferrours Engineering Co Ltd merupakan anak usaha China Metallurgical Corporation Group (MMC) yang bermarkas di China. Rencananya, setelah FS rampung, kegiatan engineering, procurement, and construction (EPC) akan dilakukan juga oleh MMC yang nantinya juga akan memiliki porsi saham di Indosmelt.
Natsir bilang, pendanaan investasi juga tidak ada persoalan, karena pihaknya telah menggelar kerjasama pemberian fasilitas pinjaman dari Shining Resources Co Ltd senilai US$ 700 juta. "Untuk pasokan konsentrat tembaga, kami masih berharap dapat dari PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara berdasarkan conditional sales purchase agreement (CSPA) yang telah dibuat," ujar dia.
Asal tahu saja, kajian pra FS yang tengah dilakukan Indosmelt merupakan kegiatan ulangan setelah sebelumnya perusahaan tersebut menggandeng Outotech. Semula, Indosmelt akan membangun smelter berkapasitas bahan baku konsentrat mencapai 500.000 ton per tahun membutuhkan investasi senilai US$ 1 miliar.
Nah, hadirnya partner baru dari China, Natsir berharap biaya investasi itu lebih murah karena akan menggunakan teknologi baru. Sampai sekarang ini, Indosmelt mengaku telah membebaskan 60 hektare dari 100 ha kebutuhan lahan, adapun biaya investasinya sekitar Rp 300 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News