Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global, termasuk di kawasan Asia Pasifik, Subaru Indonesia memastikan operasional bisnis mereka masih berjalan normal tanpa gangguan signifikan, terutama dalam hal pasokan unit kendaraan.
Adapun, seluruh model Subaru yang dipasarkan di Indonesia saat ini masih diimpor secara utuh (CBU), namun distribusinya dipastikan tetap lancar.
Kepala Eksekutif Subaru Indonesia, Arie Christopher, menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada dampak nyata terhadap rantai pasok mereka.
“Supply kita masih lancar, dua minggu, dua minggu, dua minggu sudah sampai. Artinya belum terdampak dari segi supply chain. Mudah-mudahan tidak akan terdampak ke depannya,” ujar Arie saat diskusi bersama media di Jakarta, Rabu (25/6).
Arie mengakui bahwa meski kondisi geopolitik saat ini tidak stabil khususnya antara China dan Taiwan Subaru tetap menjalankan bisnis seperti biasa. “Dari kantor pusat di Jepang belum ada sinyal apapun. Semua masih business as usual, 100 persen normal,” katanya.
Baca Juga: Cek Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Elektronik, Komponen Otomotif & Petrokimia
Berbicara soal strategi bisnis di Indonesia, Arie menyebut bahwa Subaru tidak menargetkan volume penjualan secara agresif. Sebaliknya, perusahaan lebih fokus pada pembangunan brand awareness.
“Fokus utama kami saat ini adalah membangun brand awareness. Setelah itu, baru kita bisa pikirkan soal kuantitas,” ujarnya.
Menurut Arie, Subaru merupakan merek otomotif yang segmented dan bukan bagian dari pasar mainstream. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan pun berbeda.
“Subaru punya karakter kuat, terutama di lini SUV. Kami ingin publik di Indonesia lebih mengenal kekuatan itu,” tambahnya.
Baca Juga: Langkah Strategis Toyota-Daimler, Fuso-Hino Siap Hadir Sebagai Entitas Baru pada 2026
Terkait dengan kondisi pasar otomotif nasional yang sedang melemah akibat turunnya daya beli, Arie menyebut hal tersebut sebagai dinamika yang wajar dalam bisnis. Ia tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang industri otomotif di Indonesia.
“Indonesia masih dianggap sebagai pasar yang sangat potensial oleh prinsipal kami di Jepang. Rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih rendah, jadi ruang pertumbuhannya besar,” kata Arie.
Meski banyak pelaku industri mengoreksi target mereka di 2025, Subaru tetap menjaga pandangan positif terhadap pasar. “Aim kita kan lebih dari 1 juta unit secara industri. Jadi potensi itu tetap ada,” ujarnya.
Di tengah berbagai tekanan eksternal, Subaru Indonesia juga memastikan tidak ada penyesuaian harga jual untuk saat ini. “Harga jual belum berubah, tidak ada pengaruh sejauh ini. Semua masih aman,” pungkas Arie.
Baca Juga: Penjualan Honda Naik 4% di Mei 2025, Brio Jadi Kontributor Utama
Selanjutnya: Lapak Online Mau Jadi Pemungut Pajak, Pengamat Beri Penjelasan Ini
Menarik Dibaca: DLH Jakarta Jalankan Pilot Project Pengelolaan Sampah di 6 Kelurahan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News