kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Subsidi BBM perlu dialihkan ke sektor produktif, ini alasannya


Senin, 18 Mei 2020 / 07:55 WIB
Subsidi BBM perlu dialihkan ke sektor produktif, ini alasannya


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Subsidi  bahan bakar minyak (BBM) yang tinggi terbukti membebani APBN sekaligus bisa membuat warga boros dan manja. Pengalaman nyata dialami Venezuela.

Pada tahun 2000-2013, Venezuela terkenal sebagai “surga dunia” dimana subsidi BBM di sana menjadikan harga bensin begitu murah, pada Juni 2013 sempat mencapai 1 sen US$ per liter, atau sekitar Rp 140 per liter. 

Di Venezuela, harga bensin bahkan lebih murah daripada air mineral karena ada bantuan subsidi pemerintah untuk BBM. 

Baca Juga: Promo BBM Pertamina diperpanjang hingga Juli 2021, ada cashback hingga 50%

Tragisnya, kenikmatan subsidi itu dibayar sangat mahal ketika Venezuela dilanda krisis ekonomi sejak 2014. Kondisi Venezuela yang semula jadi “surga dunia” berubah 180 derajat dari menjadi “neraka dunia”.  

Tentu ini menjadi warning bagi Indonesia. Besarnya subsidi yang tidak tepat tepat sasaran dapat menimbulkan jebakan yang berbahaya seperti yang dialami Venezuela. 

Menurut data dari Kementerian Keuangan Indonesia, pada 2011 subsidi BBM mencapai Rp165,2 triliun, kemudian pada 2012 meningkat tajam menjadi Rp211,9 triliun.

Pada tahun 2013 terjadi sedikit penurunan subsidi menjadi Rp 210 triliun, namun biaya ini meningkat kembali pada 2014 menjadi Rp240 triliun. Tingginya jumlah subsidi BBM pada 2014 ini dinilai tidak produktif dan tidak berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja. 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Uchok Pulungan mengingatkan, harga BBM murah juga bisa membuat program energi alternatif selain fosil bisa menjadi lambat.

Baca Juga: Ada dugaan kartel harga BBM, KPPU mengincar lima perusahaan ini

“Memang, ada tendensi kalau harga BBM murah insentif untuk mengembangkan energi altenatif jadi tidak menarik. Itu yang selama ini terjadi. Tapi, saat harga BBM naik, baru kita panik,” ucap Uchok, kepada media, Minggu (17/5).




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×