kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.479   21,00   0,14%
  • IDX 7.723   -12,11   -0,16%
  • KOMPAS100 1.200   -1,91   -0,16%
  • LQ45 958   -0,97   -0,10%
  • ISSI 232   -0,58   -0,25%
  • IDX30 492   -0,52   -0,10%
  • IDXHIDIV20 591   0,04   0,01%
  • IDX80 137   -0,18   -0,13%
  • IDXV30 142   -0,21   -0,15%
  • IDXQ30 164   -0,28   -0,17%

Suku Bunga Belum Turun, Sektor Properti Diprediksi Masih Tertekan


Rabu, 05 Juli 2023 / 18:43 WIB
Suku Bunga Belum Turun, Sektor Properti Diprediksi Masih Tertekan
ILUSTRASI. Sektor properti diprediksi belum akan mendapat dampak positif dari penurunan inflasi karena suku bunga belum turun.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angka inflasi Indonesia yang mulai melandai diprediksi akan berdampak positif bagi kinerja sektor properti di semester II 2023.

Laju inflasi domestik tercatat melandai secara tahunan di bulan Juni 2023. Inflasi yang rendah biasanya akan mendorong tingkat suku bunga mengalami penurunan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara bulanan per Juni 2022 sebesar 014%, naik dari inflasi bulanan Mei 2023 sebesar 0,09%.

Namun, secara tahunan, angka inflasi sebenarnya tercatat melandai secara tahunan. Pada Juni 2023, inflasi tahunan tercatat 3,52%, turun dari bulan Mei yang sebesar 4%.

Angka inflasi tahunan di bulan Juni 2023 lebih rendah dibandingkan Juni 2022 yang sebesar 4,35%. Adapun inflasi sepanjang semester I 2023 ini sebesar 1,24% year to date.

Baca Juga: Inflasi Melandai, Analis: Sektor Properti Punya Harapan pada Semester II

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, inflasi saat ini tengah berada di kisaran target Bank Indonesia, yaitu 2%-4%.

Namun, sampai saat ini masih belum ada indikasi bahwa BI akan menurunkan tingkat suku bunga acuan di tahun 2023.

Arjun melihat, pasar justru berekspektasi BI akan mempertahankan tingkat suku bunga di tengah ketidakpastian global.

“Sebab, masih banyak negara besar masih mempunyai tingkat inflasi yang tinggi,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (5/7).

Beberapa ketidakpastian global yang dapat menyebabkan inflasi domestik kembali naik adalah pembukaan ekonomi China yang bisa memicu kenaikan harga komoditas serta energi, kelanjutan perang Rusia-Ukraina, dan inflasi inti di beberapa negara maju yang masih sulit untuk turun.

“Beberapa bank sentral di dunia, terutama negara dengan ekonomi besar, enggan untuk mempertahankan dan menurunkan tingkat suku bunga, termasuk The Fed,” ujarnya.

Oleh karena itu, Arjun melihat, sektor properti belum akan mendapat dampak positif dari penurunan inflasi.

“Sebab, tingkat suku bunga di tahun ini masih tinggi dan belum ada sinyal akan turun dalam jangka waktu pendek,” tuturnya.

Menurut Arjun, sektor properti akan kembali bergairah di tahun 2024. Sebab, ada harapan level suku bunga akan ada di bawah level saat ini.

“Akibatnya, emiten sektor properti, yang capital intensifnya melalui penurunan biaya operasional dan keuangan, akan mendapat dampak positif di tahun depan,” katanya.

Akibat gejolak tersebut, Arjun pun belum merekomendasikan saham emiten dari sektor properti.

Meskipun begitu, Arjun tak menampik bahwa sektor properti menjadi salah satu sektor yang mengalami kinerja yang cukup positif secara MTD dan YTD dibandingkan sektor lain.

“Namun, secara keseluruhan, ada pilihan sektor dan saham lain di luar sektor properti yang lebih kondusif,” imbuhnya.

Baca Juga: Inflasi Melandai, Kinerja Sektor Properti Diramal Positif pada Semester II

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×